2024 Wenzao Ursuline Conference on Southeast Asian Studies ICSEAS (2-Habis): Ancaman Plutokrasi di Asia Tenggara

2024 Wenzao Ursuline Conference on Southeast Asian Studies ICSEAS (2-Habis): Ancaman Plutokrasi di Asia Tenggara

ILUSTRASI ancaman plutokrasi di Asia Tenggara.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

ACARA 2024 Wenzao Ursuline Conference on Southeast Asian Studies ICSEAS dibuka secara resmi oleh Wen-Pin Lin PhD, profesor dan direktur Department of Southeast Asian Studies, Master in Southeast Asian Studies. 

Sejak diselenggarakan kali pertama pada 2017, konferensi ICSEAS tahun 2024 yang diselenggarakan di Wenzao Ursuline University of Languages (WZU), Kaohsiung, Taiwan, adalah acara yang diselenggarakan tahun kedelapan. ICSEAS adalah konferensi tahunan yang rutin digelar untuk mendiskusikan isu-isu kontemporer di kawasan Asia Tenggara.

Acara konferensi ICSEAS berlangsung cukup meriah. Acara itu dari tahun ke tahun selalu dihadiri peserta dari berbagai negara. Keynote speaker yang diundang sebagai pembuka acara konferensi adalah Dr Chin-Huat Wong, profesor dan kepala deputi UN Sustainable Development Solutions Network (SDSN), Asia Headquarters, Sunway University Malaysia. Acara ICSEAS digelar di Zhishan Hall 13-Floor. 

BACA JUGA:2024 Wenzao Ursuline Conference on Southeast Asian Studies ICSEAS (1): Kemajuan Asia Tenggara: Berkah dan Tantangan

BACA JUGA:PLN Jadi Perusahaan Utilitas Terbaik di Asia Tenggara oleh Fortune 500, Lewati Malaysia dan Filipina

Dalam konferensi ICSEAS tahun 2024, tercatat dihadiri 110 peserta dari berbagai negara. Ada Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Amerika Serikat (AS), dan lain-lain. Seluruh peserta mempresentasikan makalah dari hasil penelitiannya, membahas berbagai isu terbaru yang berkembang di kawasan Asia Tenggara. 

Bukan hanya dosen dan peneliti, dalam acara diskusi panel juga dihadiri peserta dari kalangan mahasiswa. Dari FISIP, Universitas Airlangga, hadir sebelas mahasiswa dari departemen hubungan internasional dan antropologi.

PLUTOKRASI

Pada acara konferensi ICSEAS, keynote speaker Dr Chin-Huat Wong memaparkan materi berjudul Populism-Discontent over economy, Distrust of State and Disruption in Society (Populisme-Ketidakpuasan terhadap Perekonomian, Ketidakpercayaan terhadap Negara dan Gangguan dalam Masyarakat). 

BACA JUGA:Jokowi Resmikan Pabrik Baterai-Mobil Listrik Terbesar di Asia Tenggara

BACA JUGA:Pertamina Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Wong mengkaji dampak dari model dan kebijakan populisme dalam masyarakat, negara, dan pasar. Pidato dimulai dengan diskusi terkait kemunculan populisme baru-baru ini di Barat, kemudian melihat ke belakang pada perubahan-perubahan sosial-politik yang terjadi pada beberapa negara demokrasi di Asia Tenggara. Yakni, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Chin-Huat Wong membuka pidatonya dengan pertanyaan menarik. Apakah mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, dan presiden terpilih Prabowo adalah tokoh yang dapat dikategorikan sebagai sosok yang populis? Bila dilandaskan pada definisi, tiga presiden tersebut dapat dinyatakan sebagai tokoh yang populis. 

Penyebab dari lahirnya pemimpin yang populis adalah rasa frustrasi atas sifat representasi politik dan partisipasi (Urbinati, 2014). Pemimpin yang populis memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan rakyatnya –yang sering kali direpresentasikan melalui berbagai program yang pro-poor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: