Tarif Assassin dari Ciampea

Tarif Assassin dari Ciampea

ILUSTRASI tarif assassin dari Ciampea. Ajum Jumadi dan Rian menjadi pembunuh karena dijanjikan bayaran dari Sugandi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dirancanglah rencana pembunuhan. Perancangnya Sugandi. Rapat perencanaan dilakukan di kolam pancing Sugandi, sambil mancing. Di situ Sugandi membeberkan skenario. Rapatnya berkali-kali di situ. Intinya begini:

Iwan setiap pukul 12 malam selalu naik motor Honda Beat hitam nopol F 4997 AAV. Berangkat dari rumah menuju Jalan Dramaga untuk menjemput anak perempuannya pulang kerja. Rutenya tidak pernah berubah. 

Biar gampang, pembunuhan harus dilakukan saat Iwan berangkat, sebelum pulang memboncengkan anak perempuannya. ”Pukul kepalanya dengan ini…” kata Sugandi, memberi Ajum sebatang kayu, berupa alu penumbuk padi.

Nah, kata Sugandi kepada mereka, motor itulah bonus buat si pembunuh.

Dari situ tampak, meski Sugandi orang desa yang sederhana, otak kriminalnya tingkat dewa. Ia menyamarkan pembunuhan seolah-olah pembegalan. Itu jadi rasional karena pembegalan motor kini sangat marak se-Indonesia. Sugandi mengira, polisi pasti terkecoh oleh itu.

Senin, 30 September 2024, adalah hari pembunuhan. Malam itu Sugandi naik motor, berhenti, menyanggong Iwan di suatu tikungan di Jalan Cihideung Ilir. Sementara itu, Ajum dan Rian naik motor lain, berhenti, menyanggong, di seberang jalan dari posisi Sugandi. 

Beberapa menit jelang hari berganti Selasa, motor Iwan melaju mengarah ke tikungan. Itu dilihat Sugandi. Spontan, ia memberikan kode kepada duo eksekutor. Sugandi langsung kabur, Ajum dan Rian siap melaksanakan tugas. 

Tidak diketahui bagaimana prosesnya. Iwan tergeletak berdarah-darah di pinggir jalan. Dilarikan ke RS, sudah meninggal. Hasil visum, kepala bagian belakang sobek 15 sentimeter, jidat sobek 5 sentimeter. Honda Beat raib. 

Polisi menduga, itu pembegalan. Media massa manut apa kata polisi. Polisi tidak menemukan saksi mata. Juga, tak ada CCTV. Perburuan polisi diarahkan ke target operasi para begal. Hasilnya nihil. Hari demi hari, penyelidikan kasus itu macet.

Polisi kemudian berkelit dari asumsi begal, menduga pembunuhan bermotif begal. Maka, dicarilah motif. Polisi mewawancarai keluarga dan orang dekat korban. Diketahui, Iwan punya piutang Rp 8 juta ke Sugandi. Lalu, polisi memanggil Sugandi untuk diperiksa.

Sugandi sudah keder saat hadir di Polsek Ciampea. Ia menjawab semua pertanyaan polisi. Ia memberikan alibi kuat: berada di rumah pada hari pembunuhan Iwan. Saksinya orang rumah. Wawancara berlangsung lancar. Polisi mencurigai gelagat Sugandi. Namun, tak ada bukti. Sugandi dilepas, tapi perlu dibayang-bayangi.

Dibayang-bayangi membuat Sugandi kalut. Ia gantung diri di hutan bambu dekat rumahnya pada kira-kira 9 Oktober 2024. Gelantungan tubuh Sugandi ditemukan warga sudah membusuk, 11 Oktober 2024 siang. 

Polisi kaget. Mewawancarai istri Sugandi. Jawab istri Sugandi kepada Kapolsek Ciampea Kompol Suminto, ”Ia tidak pulang sejak tanggal 30 (September 2024).”

Dari situ polisi meyakini bahwa dugaan pembunuhan sangat mungkin benar. Polisi melacak lebih dalam. Mewawancarai para pemancing di kolam ikan itu. Ketemulah info, ada dua pria yang sering bersama Sugandi. 

Rian dan Ajum ditangkap polisi di dua lokasi berbeda pada 22 Oktober 2024. Ajum ditangkap di Cibanteng, Ciampea, dan Rian ditangkap di Tamansari, Kabupaten Bogor. Dalam interogasi, mereka mengakui semua skenario pembunuhan itu. ”Kami sama-sama dijanjiin enam juta, tapi baru dibayar enam ratus,” ujar Ajum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: