Kejam, Kepala Janda Terpenggal
ILUSTRASI kejam, kepala janda terpenggal. Jenazah janda tanpa kepala ditemukan di perariran Muara Baru, Jakarta Utara. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Jenazah itu mengenakan baju lengan panjang warna hitam, bra pink, tetapi tidak pakai celana (luar dan dalam). Kondisi kedua tangan terikat tali. Polisi memeriksa potongan leher rapi, lurus, bekas penggalan benda tajam yang berat.
Bagian kepala ditemukan sekitar 14 jam kemudian pada jarak sekitar 600 meter dari sana. Kepala terbungkus plastik putih. Potongan kepala itu cocok dengan potongan leher pada badan. Jenazah dikirim ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk penyelidikan lanjut.
Jejak pelaku tidak mungkin tertinggal di bungkusan badan. Sidik jari maupun DNA pembunuh pasti sudah musnah akibat rendaman air. Namun, di bungkusan kepala yang tergeletak di semak, memungkinkan jejak pembunuh ada di situ.
Polisi kini fokus pada saksi-aksi serta rekaman CCTV di sekitar dua lokasi temuan tersebut.
Ayah korban, Niman, kepada wartawan mengatakan, Sinta adalah putri sulungnya. Janda cerai mati, punya empat anak. Niman terakhir bertemu Sinta Minggu, 27 Oktober 2024, sekitar pukul 18.00 WIB. Itu sebelum Sinta berangkat kerja di Jakarta.
Niman: ”Dia kerja di Jakarta. Berangkat dari sini (Tangerang) sore. Pulangnya pagi sekitar jam tujuh. Entah, apa pekerjaan dia.”
Niman warga lama yang tinggal di Jalan Babakan, Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Saat menikah, Sinta tinggal bersama suami di Jakarta. Setelah suami Sinta meninggal, Sinta bersama empat anak kembali ke wilayah Binong. Sinta tinggal bersama empat anaknyi di rumah yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah Niman.
Niman: ”Senin pagi (28 Oktober 2024) dia belum pulang. HP tidak bisa dihubungi. Tidak biasanya dia begitu. Saatnya pulang pasti langsung pulang. Sampai malamnya dia belum pulang. Kami dan anak Sinta yang pertama usia 18 tahun mencari ke mana-mana. Tidak ketemu. Tahu-tahu, Selasa malam (29 Oktober 2024) tim polisi datang, mencocokkan data anak saya dan cocok. Katanya, anak saya sudah meninggal.”
Adik ipar korban, Zulfikri, menerima kedatangan tim polisi ke rumah korban pada Selasa malam. Ada delapan polisi.
Zulfikri: ”Polisi datang ke sini, mengambil barang Sinta. Antara lain, kosmetik untuk pencocokan data. Ternyata cocok. Sinta jadi korban pembunuhan, kata polisi.”
Ketua RT setempat, Muhammad, membenarkan bahwa korban merupakan warga Babakan, Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Dia sudah tiga tahun mengontrak di wilayah tersebut.
Muhammad: ”Iya, Sinta warga kami. Orang tuanya itu warga lama di sini. Pas Sinta sudah menikah dibawa suami, kan. Pas suami meninggal, dia bersama empat anak kembali ke sini sekitar tiga tahun lalu dan tinggal di kontrakan dekat sini.”
Kuat dugaan polisi, Sinta dibunuh. Dan, pembunuhan itu direncanakan. Tampak dari upaya pelaku menghilangkan jejak. Dengan membungkus tubuh korban berlapis-lapis, menunda bau busuk menyebar. Tapi, bungkusan kepala cuma satu lapis. Karena dianggap lebih kecil daripada tubuh.
Pembunuhan perempuan secara kejam seperti itu disebut femisida. Itu bentuk kekerasan ekstrem dan brutal terhadap perempuan. Mayoritas pelaku femisida adalah suami korban. Tapi, Sinta janda cerai mati. Maka, polisi mencari pria yang dekat dengan Sinta saat dia masih hidup.
Tapi, polisi belum banyak publikasi soal penyelidikan yang sedang berlangsung. Publikasi berlebihan bisa mengacaukan proses penyelidikan. Sebab, pelaku pasti membaca pemberitaan media massa, mengikuti gerak polisi yang terpublikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: