Pentas Wicara ARTSUBS bersama Eko Nugroho, Seniman di Balik DGTMB yang Ubah Seni Lokal ke Industri Global

Pentas Wicara ARTSUBS bersama Eko Nugroho, Seniman di Balik DGTMB yang Ubah Seni Lokal ke Industri Global

Eko Nugroho mengubah sudut pandang seni rupa kontemporer murni menjadi industri-Dinar Mahkota Parameswari-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - ARTSUBS kembali menghadirkan diskusi unik bersama perupa seni kontemporer terkenal pada Jumat, 1 November 2024. Eko Nugroho memberikan prespektif baru dalam dunia seni rupa kontemporer.

Eko seorang seniman kontemporer Indonesia asal Yogyakarta, terkenal dengan karyanya yang menggabungkan komik, mural, patung, dan animasi video dalam gaya khas yang menyuarakan kritik sosial.

Lahir pada tahun 1977, Eko mulai meniti karier pada masa Reformasi Indonesia, di mana suasana politik dan sosial yang dinamis memengaruhi perspektif artistiknya.

BACA JUGA: Ambisi ARTSUBS

Melalui platform Daging Tumbuh (DGTMB), yang ia dirikan pada tahun 2000 sebagai fanzine kolaboratif, ia mengundang seniman dari berbagai latar belakang untuk berpartisipasi dalam menciptakan karya seni yang membahas isu sosial.

Karya-karya Eko sering kali melibatkan simbol visual yang unik dengan sentuhan humor dan elemen satir. Ia terlibat dalam proyek mural publik di Yogyakarta dan kota-kota lain yang memperkuat nuansa lokal dalam seni kontemporer.

Dalam pameran internasional, seperti di Musée d'Art Moderne di Paris dan di Paviliun Indonesia pada Venice Biennale, ia menyampaikan karya dengan tema identitas, kebebasan, dan kritik terhadap ketidakadilan sosial.

BACA JUGA: Jalan Terjal Tak Terarsip Seni Rupa Kontemporer Jawa Timur


Diskusi asik Eko Nugroho dengan berbagai pegiat dan pecinta seni di ARTSUBS-Dinar Mahkota Parameswari-

Eko juga menjelajahi media tekstil, seperti bordir, yang ia nilai sebagai sarana ekspresi identitas dan hubungan komunitas. Karya terbarunya termasuk dalam pameran “Cut the Mountain and Let It Fly” di Jakarta.

Itu mengangkat isu lingkungan dan kemanusiaan dalam perspektif seni global. Bordiran tersebut memiliki teknik khusus untuk dibuat. Karena berat dari kanvas, cat dan bordir mencapai 5 kg.

Uniknya lagi Eko langsung mengajak orang-orang Tasikmalaya yang memang punya skill mumpuni. Sebetulnya mereka cukup diminati ketika sebelum ada bordir digital. Banyak aspek yang dipenuhi oleh Eko.

BACA JUGA: ARTSUBS, Pameran Seni Rupa Kontemporer Berskala Besar di Indonesia Digelar di Surabaya

Seperti ekonomi dan pemanfaatan skill. Hingga sekarang karyanya bisa menghidupi banyak orang bahkan termanajemen baik seperti pabrik. Sebelum seperti sekarang, Eko punya kebiasaan yang menurutnya buruk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: