Mengapa Harus Berdebat?

Mengapa Harus Berdebat?

ILUSTRASI mengapa harus ada debat publik di pilkada?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Melalui debat publik, diharapkan tercipta dialog terbuka yang memberikan ruang untuk mendengarkan pandangan orang lain dan mengklarifikasi pemahaman masing-masing, yang sangat penting dalam penyelesaian masalah. 

Dengan debat publik, setiap calon kepala daerah dapat menyampaikan argumen yang mendukungnya sehingga individu atau kelompok dapat melihat kekuatan dan kelemahan dari masing-masing solusi yang diusulkan. 

Selanjutnya, konstituen akan menilai kualitas, kapabilitas, dan mentalitas masing-masing calon kepala daerah.

Apakah debat publik mampu menjadi cermin bagi konstituen untuk menilai siapa calon pemimpin daerah yang akan memimpin lima tahun mendatang? Faktanya, hal tersebut tidak selalu demikian. 

BACA JUGA:Debat Kedua Pilgub Jatim, Khofifah Pamerkan Capaian Investasi di Jatim

BACA JUGA:Debat Pilgub Jatim Memanas, Luluk Soroti Isu Kemiskinan hingga Kekurangan Jamban

Pada kenyataannya, pelaksanaan debat publik di lapangan belum menjadi solusi bagi demokratisasi di tingkat lokal. Akibatnya, justru sering menimbulkan konflik antar pasangan calon maupun antar pendukung. 

Apakah debat publik mampu menjadi sarana pembelajaran bagi pemilih dan mengubah preferensi pemilih atau justru hanya memperkuat posisi partisan?

Beberapa kejadian dalam debat publik yang diselenggarakan KPU di berbagai daerah memunculkan efek negatif meski tidak dapat digeneralisasi. Sebagai contoh, debat perdana pemilihan bupati Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, diwarnai kericuhan sehingga polisi terpaksa membubarkan massa. 

Debat kandidat wali kota dan wakil wali Kota Makassar juga diwarnai aksi keributan yang nyaris memicu konflik antar pendukung. 

BACA JUGA:Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Panelis Diisukan Dekat dengan Salah Satu Paslon

BACA JUGA:Jadwal dan Tema Debat Kedua Pilgub Jatim 2024

Dalam debat calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara terjadi kericuhan dan pelemparan antar pendukung. Debat calon bupati dan wakil bupati Blitar bahkan dihentikan karena kericuhan serta suasana memanas terjadi di beberapa tempat saat berlangsungnya debat publik. 

Mengapa hal itu terjadi? Sebab, perdebatan sering kali lebih mengedepankan emosi, ego pribadi, dan ego sektoral daripada pemikiran yang rasional. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertanya, cara menanggapi pertanyaan, gestur, mimik, dan intonasi suara setiap pasangan calon. 

Jika demikian, apakah tidak sebaiknya tahapan kampanye dalam bentuk debat publik maupun aturan debat ditinjau ulang?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: