Teknik Pembunuhan Mahasiswa di Bogor
Ilustrasi pembunuhan.--
Namun, dari kronologi tersebut kelihatan jelas, tersangka sudah merencanakan kejahatannya. Apalagi, dari hasil interogasi polisi, tersangka mengaku bahwa motor itu milik pacarnya (tidak disebut nama). BPKB motor dipegang pacarnya.
Tersangka awalnya berniat menjual langsung motor tersebut. Tapi, ia pikir itu bakal menimbulkan keributan dan si pacar bisa langsung lapor polisi. Kemudian, ia menemukan cara agak berliku seperti itu.
Sesungguhnya perencanaan tersangka sudah dimulai sejak ia menggunakan akun palsu FB untuk beriklan, lalu berkomunikasi dengan korban. Sampai dengan tersangka keliling bersama korban mencari lokasi pembunuhan yang dirasa tersangka, memungkinkan.
Episode penting: Jeda waktu ngobrol tersangka-korban di rumah korban, antara pukul 16.00 sampai dengan saat mereka berangkat bersama pukul 20.15, terlalu lama untuk ukuran suatu transaksi. Bisa diduga, itulah saat tersangka mengalkulasi kekuatan fisik korban. Badan korban lebih kecil daripada tersangka meski usia korban lebih tua tiga tahun.
Di sana pula tersangka mengukur tingkat kegesitan korban seandainya berkelahi tangan kosong. Sebab, tersangka tidak membawa senjata. Ia harus yakin menang berkelahi melawan korban.
Momentum lain adalah unsur serangan kejutan dari tersangka. Ketika korban lengah. Tersangka menunggu kelengahan korban. Sebenarnya, korban lengah sepanjang waktu saat bersama tersangka. Korban pasti tak menduga bakal dibunuh. Sebab, transaksi itu realistis.
Korban sudah cukup waspada dengan meminta BPKB motor. Sebenarnya itu cuma semacam tes dari korban untuk mengamati reaksi tersangka. Sebab, korban paham bahwa BPKB tidak termasuk perjanjian ketika mereka komunikasi lewat WA.
Strategi tersangka paling jitu adalah ia memilih pertarungan bentuk gulat. Sebab, badan tersangka lebih besar daripada korban. Juga, pertarungan gaya berdiri tidak mungkin mematikan. Bahkan, bisa lama, kemudian berpotensi dilihat orang lewat. Gulat paling tepat.
Gulatnya, tersangka harus berada di posisi atas. Untuk mencapai itu, tersangka harus membanting korban. Bantingan membikin korban syok, grogi, dan melemah kesakitan. Saat itulah badan tersangka secepatnya menindih (menduduki perut) korban.
Di saat itu, posisi kedua kaki tersangka membentuk jangkar kiri-kanan, dengan kedua lutut dan tekukan jari kaki sebagai tumpuan. Ketika korban berontak, tersangka tinggal membungkuk, menimpakan beban tubuh ke pundak korban. Dengan bobot tersangka lebih berat daripada korban, itulah kuncian paten.
Bahwa cekikan tersangka lepas sampai tiga kali, berarti terjadi perang tangan. Pergulatan tangan. Bagaimanapun, posisi korban sangat lemah dan bahaya. Korban cuma bertahan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: