Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama Jadi Teori Denny JA yang Segera Dimodulkan

Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama Jadi Teori Denny JA yang Segera Dimodulkan

Sebuah pemikiran inovatif sekali lagi didengungkan Denny JA. Yakni tentang Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama. Atas hal itu Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Universitas Paramadina, Budhy Munawar Rachman, mengkritisi--Denny JA

HARIAN DISWAY - Sebuah pemikiran inovatif sekali lagi didengungkan Denny JA. Yakni tentang Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama. Atas hal itu Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Universitas Paramadina, Budhy Munawar Rachman, mengkritisinya.

Dalam refleksi mendalam, Budhy menyatakan bahwa pendekatan ini tidak hanya menawarkan cara pandang baru dalam memahami agama, tetapi juga memiliki relevansi strategis bagi pembangunan berkelanjutan di era modern.

Hal itu diungkap Budhy dan Gaus dalam buku berjudul Teori Denny JA Soal Agama dan Spiritualitas di Era AI: Agama Sebagai Warisan Budaya Milik Kita Semua. Buku ini akan menjadi sumber utama dari modul kuliah, membawa Teori Denny JA itu ke ruang kelas berbagai kampus.

BACA JUGA: 7 Pemikiran Denny JA tentang Agama dan Spiritualitas di Era AI Layak Jadi Kurikulum PT

Menurut Budhy, dalam pemikirannya, Denny JA memoderasi klaim kebenaran mutlak yang sering melekat dalam doktrin keagamaan dan lebih menekankan bahwa agama adalah hasil dari evolusi budaya yang terus berkembang. 

Dengan melihat agama sebagai warisan kultural milik bersama, kita dapat membuka ruang yang lebih luas bagi dialog antaragama, pluralisme, dan integrasi nilai-nilai spiritual dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Budhy menegaskan bahwa pendekatan ini sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang diusung oleh PBB. “SDGs adalah upaya kolektif global untuk menciptakan dunia yang lebih adil, sejahtera, dan demokratis.

BACA JUGA: Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI

Dengan memahami agama sebagai bagian dari budaya yang hidup dan berkembang, kita dapat lebih efektif menggerakkan komunitas keagamaan dalam mendukung program-program pembangunan berkelanjutan,” ujar Budhy.

Dalam refleksinya, Budhy juga menyoroti bagaimana teori agama Denny JA mampu mengakomodasi perubahan sosial yang dipicu oleh globalisasi dan revolusi digital. Internet dan media sosial kini telah mengubah cara masyarakat mengakses dan mendiskusikan nilai-nilai keagamaan. 

Dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan inklusif, agama tidak lagi menjadi sumber eksklusivitas yang membatasi, tetapi justru dapat menjadi jembatan bagi solidaritas sosial yang lebih kuat.

BACA JUGA: Dr. Satrio Arismunandar: Denny JA adalah Figur Multidmensional yang Lampaui Batas Konvensional

Budhy juga menyoroti bahwa teori ini dapat berkontribusi dalam pemberdayaan sosial dan ekonomi berbasis nilai-nilai keagamaan. Sejarah telah menunjukkan bahwa komunitas keagamaan memiliki peran strategis dalam menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, hingga perlindungan lingkungan. 

Dengan memahami agama sebagai bagian dari dinamika budaya, maka ajaran-ajaran moralnya dapat diterjemahkan ke dalam tindakan nyata yang berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: