Utopia dan Distopia Medsos pada Identitas Remaja
ILUSTRASI utopia dan distopia medsos pada identitas remaja.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Bahkan, remaja dengan tekanan standar tertentu bisa terjebak pada kondisi distopia. Kondisi yang menggambarkan ketidakbahagiaan dan ketidakadilan akan bisa dipandang sebagai kondisi distopia medsos.
Komentar buruk, bahkan ujaran kebencian, yang terus-menerus bergulir merupakan hasil dari proses komunikasi pengguna medsos. Remaja menjadi kalangan yang rentan terjebak dalam distopia medsos karena algoritma yang tidak sesuai dengan usia dan minimnya batasan akses informasi melalui medsos.
Perkembangan dunia siber menwarkan tempat dan wadah untuk berinteraksi dan berekspresi lebih luas tanpa ada batasan ruang dan waktu. Kebebasan interaksi itulah yang kemudian akan menjadi dorongan untuk para remaja mengonstruksi identitasnya melalui dunia digital.
Penyesuaian fitur teknologi, interaksi sosial, dan regulasi pemerintah dibutuhkan untuk membantu proses pembentukan identitas remaja. Berdasar tinjauan yang telah dilakukan, secara umum, remaja di usia produktif dapat membangun identitas diri mereka melalui medsos.
Mereka juga memiliki kebebasan dalam menentukan identitas yang mereka ingin ciptakan di medsos yang rata-rata merujuk ke utopia. Sebab, mereka tidak mendapatkan keadilan hingga tidak diterima di society dunia nyata di sekitar mereka.
Mengapa dunia siber sosial itu disebut media utopia dan distopia? Efek positifnya dapat memengaruhi identitas sosial pengguna untuk menjadi lebih baik atau bahkan memaksa pengguna berada dalam tekanan negatif.
Proses komunikasi melalui media digital, terutama media sosial, bukan hanya tanggung jawab penggunanya. Namun, pemilik platform dan pemerintah wajib juga membuat kebijakan yang konkret.
Lembah hitam medsos bisa menjadi racun bagi remaja yang belum memiliki kemampuan untuk memilah konten. Namun, di sisi lain kita membutuhkan medsos untuk bisa terus dekat dan menembus batas dengan pengguna dari belahan dunia mana pun.
Oleh karena itu, terdapat bukti bahwa remaja dapat digolongkan sebagai makhluk yang rentan karena tekanan dan keinginan mereka yang tidak seimbang. Kemudian, medsos dapat menjadi platform untuk menciptakan citra diri dan memberikan kesan hidup yang lebih menarik di dunia maya. (*)
*) Vania Winola Febriyanti adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi (2024), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: