Utopia dan Distopia Medsos pada Identitas Remaja

Utopia dan Distopia Medsos pada Identitas Remaja

ILUSTRASI utopia dan distopia medsos pada identitas remaja.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Polres Kediri Kota Rangkul Medsos Ber-follower 20K

Identitas membentuk gambaran tentang seseorang melalui berbagai aspek seperti penampilan fisik, ciri ras, warna kulit, bahasa yang digunakan, penilaian diri, dan faktor persepsi lainnya, yang semuanya berperan dalam membangun identitas tersebut.

Merujuk pada pandangan McLuhan, yaitu media lebih penting dari isi pesan, yang senada dengan perilaku digital remaja saat medsos tertentu untuk mencari informasi. Berdasar data portal ”Digital 2024: Global Overview Report”, 60,7 persen pengguna berusia 16 –24 tahun menggunakan internet untuk mencari informasi. 

Sementara itu, waktu yang dihabiskan untuk penggunaan medsos tertinggi adalah melalui platform TikTok. Data menunjukkan bahwa pencarian informasi tertinggi menggunakan medsos merupakan hal yang wajar di kalangan remaja. Teknologi komunikasi utopia merupakan rancangan komunikasi harmoni dengan mewujudkan ekosistem digital yang sehat. 

BACA JUGA:Buntut Perang Israel vs Hamas, Platform Medsos X Kebanjiran Berita Hoax

BACA JUGA:Tip Cerdas Bermedsos ala Influencer Dakwah Kadam Sidik

Dalam konteks utopia, medsos dapat dianggap sebagai tempat yang membebaskan remaja untuk mengekspresikann diri sendiri. Pemahaman utopia dikemukakan Sir Thomas More (1516) dalam buku Utopia yang dapat diartikan sebuah komunitas khayalan yang sangat dipuji serta didambakan atau nyaris sempurna. 

Utopia dalam kehidupan sosial dalam keharmonisan, kesetaraan, dan kebahagiaan tanpa adanya konflik atau ketidakadilan. Medsos dapat menciptakan utopia bagi remaja dalam proses pembentukan identitas diri dengan menyediakan ruang mengekspresikan diri tanpa hambatan, mengeksplorasi berbagai minat, serta menemukan komunitas yang mendukung.

Remaja pengguna medsos yang terpapar dengan identitas diri dan perilaku digital orang dewasa bisa mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan batas usia. Berharap muncul utopia di media sosial dengan terus berselancar di medsos, remaja menemukan banyak informasi yang tidak sesuai usia. 

Selain itu, informasi yang melebihi kebutuhan diri remaja menimbulkan tekanan sosial. Remaja yang aktif bermedsos terus mengejar standar kecantikan, popularitas, kesuksesan, dan ukuran lain yang muncul di medsos. 

Teori Alamin memberi kita gambaran komunikasi harmoni bisa terbentuk dari empat arah, yaitu komunikasi diri sendiri, komunikasi sesama manusia, komunikasi dengan lingkungan, dan komunikasi dengan pencipta. 

Teori Alamin juga membuktikan bahwa apa pun yang diperlukan manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup pasti memiliki hubungan interaksi, tetapi melalui proses komunikasi yang berbeda. Interaksi yang muncul di medsos juga terjadi karena manusia sebagai pengguna membangun komunikasi empat arah. 

Dengan demikian, dampak komunikasi yang timbul pada manusia berupa tekanan negatif atau positif sangat bergantung pada pemenuhan informasi yang didapatkan dari medsos. 

Medsos dapat memberikan distopia bagi remaja dalam pembentukan identitas diri dengan menciptakan tekanan sosial yang kuat untuk memenuhi standar kecantikan, popularitas, dan kesuksesan yang sering kali tidak realistis. 

Kebalikan dari utopia, kondisi distopia bisa muncul saat manusia membangun dirinya di media digital. Realitas yang ideal sesuai imajinasi manusia saat membangun komunikasi di medsos tidak selalu bisa tercapai. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: