Tim WUACD Universitas Airlangga ke Melbourne (6): Belajar Menghormati Local Indigenious

Tim WUACD Universitas Airlangga ke Melbourne (6): Belajar Menghormati Local Indigenious

Tim WUACD Universitas Airlangga ke Melbourne, salah satunya, belajar menghormati local indigenious. Suku Aborigin adalah local indigenious di Australia. --

Jauh-jauh hari, Robert Chambers (1987) sebetulnya telah mengingatkan kekeliruan yang selama ini dilakukan para peneliti dan perencana pembangunan yang hanya mengamati sepintas komunitas yang ditelitinya. 

Kemudian diputuskan program apa yang paling tepat untuk komunitas masyarakat desa dan masyarakat indigeniuos lainnya.   

Chambers menyebut peneliti yang hanya mencari data yang tidak mendalam dan berempati dengan komunitas indigenious layaknya ”turis Pembangunan”. 

Peneliti dan perencana pembangunan tipe itu biasanya mengembangkan cara pandang yang berjarak dengan komunitas yang ditelitinya sehingga tidak tumbuh empati dan kepedulian yang mendalam atas nasib komunitas yang diteliti di masa depan.

Joanne sebelum menutup acara diskusi sempat melontarkan candaan, ketika mereka diundang pemerintah dalam acara makan malam, yang duduk di kursi VIP biasanya adalah informan yang diteliti seperti Uncle Allen. Sementara itu, Joanne sendiri sebagai peneliti justru duduk di kursi lain yang bukan kategori VIP. 

Meski bercanda, pesan moral yang ingin disampaikan Joanne sebetulnya adalah bagaimana kita sebagai peneliti harus menghormati komunitas yang kita teliti dan tidak menempatkan mereka sebagai objek penelitian yang nomor kesekian. (*) 

*) Rahmat Yuliawan adalah koordinator Program Studi Manajemen Perkantoran Digital, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga.

**) Bagong Suyanto adalah dekan FISIP, Universitas Airlangga.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: