Tanoto Foundation Cetak Pemimpin Masa Depan Lewat Program Teladan (3-habis): Makin Mantap Meraih Asa
Anggota TSA Universitas Brawijaya berfoto sebelum menanam mangrove di Pantai Bajulmati, Minggu, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-
ANGKA-angka di bawah ini memang bisa membuat kita mengernyitkan dahi. Betapa tidak, situs World Population Review (WPR) mencatat bahwa tingkat kecerdasan warga Indonesia ada di peringkat 130 dunia. Yakni, mentok di angka 78,4.
Angka IQ itu memang cukup rendah. Di bawah rata-rata angka kecerdasan penduduk dunia.
Angka yang juga menimbulkan keprihatinan adalah skor Programme for International Student Assessment (PISA). Itu adalah sebuah skema pengujian untuk para siswa di seluruh dunia. Mereka diberi serangkaian tes yang terkait dengan literasi, matematika, dan sains.
Hasilnya cukup mengagetkan. Di antara 81 negara, Indonesia menempati peringkat 71 dalam hal literasi bacaan, ranking 70 pada matematika, dan 67 pada sains.
Hal tersebut diperburuk dengan ’’fakta-fakta’’ pada konten media sosial. Entah bersungguh-sungguh atau dibuat-buat demi viralitas, banyak video yang menunjukkan betapa tidak pintarnya generasi muda Indonesia. Aneka kuis pengetahuan umum dijawab dengan serampangan.
Harian Disway pernah menulis cerita tentang Juju Julaeha, guru kelas XII di Sumedang, yang mengunggah video di Instagram. Di video itu terlihat bahwa siswa SMA kesulitan menjawab soal-soal pembagian pada matematika. Juju, guru yang prihatin itu, menuliskan pesan pemberi semangat kepada para siswa. Agar mereka bersemangat menuntut ilmu.
Tentu, hal tersebut menjadi PR besar bangsa ini, yang ingin menyongsong generasi Indonesia Emas pada 2045.
Tetapi, betulkah bahwa generasi saat ini sudah sedemikian parah? Sehingga muncul sejumlah berita tentang perusahaan yang ramai-ramai memecat karyawan Generasi Z lantaran ketidakmampuan dalam beradaptasi dalam lingkungan pekerjaan?
Melompat tinggi, para anggota TSA Universitas Diponegoro, Semarang, siap meraih asa dan cita-cita. Dari kiri, M. Bayu Wahyudan, Petrisia Putri Wahono, dan Agita Wilujeng Sasanti.-Doan Widhiandono-Harian Disway-
Harian Disway pun mewawancarai Farah Almas Riyanti, Human Resources Expert yang banyak berkiprah di perusahaan multinasional. Pada 17 November 2024, Farah menjadi pembicara seminar daring di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Tajuk seminarnya adalah Get Rid of Bad Rumors About Gen Z in The Workplace.
Menurut Farah, salah satu kemampuan terbesar yang dibutuhkan oleh Gen Z adalah komunikasi. ’’Karena ada stigma bahwa Gen Z sulit berkomunikasi langsung. Tetapi, di luar itu mereka juga harus memperkuat skill yang sesuai dengan pekerjaan,’’ ujar Farah.
Farah memang tak menampik bahwa Gen Z punya sikap idealis dan banyak tuntutan. Tetapi, hal tersebut bisa diadaptasi oleh perusahaan di masa depan. Syaratnya, perusahaan itu punya strategi saat meng-hire Gen Z.
’’Sebab, saya menolak tudingan bahwa Gen Z punya mental yang lemah sehingga mereka susah mencari pekerjaan. Bahkan, dalam hal tes psikologi, Gen Z punya skor yang lebih baik daripada generasi di atasnya,’’ kata Farah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: