Apple Disorot, Kondisi Kinerja dan Transparansi Lingkungan di Era iPhone 16

Apple Disorot, Kondisi Kinerja dan Transparansi Lingkungan di Era iPhone 16

ILUSTRASI Apple disorot. Karena ketidakpatuhan terhadap regulasi tidak hanya mencoreng reputasi Apple, tetapi juga berisiko memicu sanksi hukum di berbagai negara.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DENGAN reputasi yang kokoh untuk mengembangkan perangkat premium seperti iPhone, Apple Inc. dikenal sebagai pelopor dalam teknologi dan desain produk. Namun, Apple tetap menjadi perhatian terkait praktik bisnis dan etika rantai pasokannya meskipun sangat terkenal. 

Dalam artikel ini, kami akan membahas berbagai masalah etika yang dihadapi Apple, analisis berdasar penelitian, dan kerangka hukum yang relevan. 

Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh Apple berkomitmen terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan, terutama setelah peluncuran iPhone 16. 

BACA JUGA:Kemenperin Tolak Investasi Rp1,5 Triliun Apple, Sebut Tak Adil untuk RI

BACA JUGA:Apple Masih Gantung Investasi di Indonesia, Padahal Sudah Raup Rp 30 Triliun dari Pasar

Isu-isu yang mencuat seperti penggunaan bahan mentah yang tidak berkelanjutan dan kondisi kerja Foxconn.

Untuk membuat perangkatnya, Apple bekerja sama dengan salah satu mitra manufaktur terbesar di dunia, yakni Foxconn. Namun, laporan menunjukkan bahwa karyawan di pabrik Foxconn di Tiongkok menghadapi kondisi kerja yang sulit. 

Misalnya, jam kerja yang lama, tekanan kerja yang tinggi, dan batasan pada hak-hak mereka. Kebijakan ketat terkait Covid-19 dan keterlambatan pembayaran bonus pada 2024 menyebabkan demonstrasi besar. 

Rantai pasokan bahan mentah Apple juga dikritik, terutama karena penggunaan kobalt untuk baterai litium-ion. Republik Demokratik Kongo adalah rumah bagi sebagian besar kobalt di dunia. Di sana kondisi kerja berbahaya dan praktik kerja anak masih ada. 

BACA JUGA:Apple Rilis AirPods Pro 2 yang Bisa Digunakan Untuk Alat Bantu Dengar

BACA JUGA:Apple It's Glow Time, Munculkan iPhone 16 Hingga AirPods 4

Praktik itu melanggar etika dan berdampak buruk pada lingkungan, termasuk deforestasi dan pencemaran air.

Studi menunjukkan bahwa meski Apple telah mengambil beberapa langkah maju, masalah tetap ada. Menurut laporan tahunan Apple, perusahaan melakukan audit teratur terhadap pemasok untuk memastikan kepatuhan mereka terhadap standar etika. 

Selain itu, Apple berjanji untuk menggunakan bahan daur ulang dalam produknya dan menargetkan karbon netral pada 2030. Karena pelanggaran terus terjadi, para pengamat berpendapat bahwa audit saja tidak cukup. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: