Pembunuh Sugar Glider di Lebak Bulus

Pembunuh Sugar Glider di Lebak Bulus

ILUSTRASI Pembunuh Sugar Glider di Lebak Bulus.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Saat berkumpul makan, digambarkan bahwa mereka ceria seperti biasa. Saling cerita keseharian mereka hari itu. Tidak ada cekcok. Tidak ada yang aneh. Malah, MAS ketawa mendengar cerita kejadian lucu keseharian ayahnya. 

Ade: ”Makanya, korban sangat kaget setelah beberapa jam kemudian (Sabtu, 30 November 2024, sekitar pukul 01.00 WIB) si anak berubah brutal seperti itu.”

Satu hal lagi, sehari setelah kejadian, saat Mitha dalam kondisi kritis antara pingsan dan siuman, dia dijenguk tetangga bernama Nugroho Setiadi. Nugroho adalah penolong Mitha saat korban berlari penuh darah dan ambruk di jalanan kompleks perumahan, Sabtu, 30 November 2024, pukul 01.00 lewat. 

Mitha, kepada Nugroho di RS Fatmawati, mengatakan: ”Tolong, Pak, peliharaan kami di lantai atas.”

Nugroho paham, keluarga itu punya binatang peliharaan yang diletakkan dalam kandang di lantai dua. Sementara itu, di rumah tersebut terpasang police line. Maka, Nugroho lapor polisi, menyampaikan pesan korban itu. Tim polisi tiba di TKP, masuk rumah. Saat keluar, mereka membawa kandang besar.

Binatang peliharaannya tidak biasa: sugar glider. Sejenis kanguru asal Australia. Di dadanya terdapat kantong seperti kanguru. Itu berfungsi untuk menggendong anaknya ketika bayi. Digendong ke mana-mana. Dengan sayangnya. 

Binatang itu masih hidup. Kini diamankan di Polres Metro Jakarta Selatan. Pemiliknya yang sudah tiada.

Soal pengakuan MAS mendengar bisikan membunuh ortu (supaya masuk surga) sangat mirip pengidap skizofrenia. Tepatnya skizofrenia jenis paranoid. 

Dikutip dari Cleveland Clinic, Amerika Serikat, indikasi skizofrenia paranoid adalah paranoia dan delusi. Bentuknya berupa bisikan, mimpi, halusinasi. Pengidap tidak dapat membedakan antara khayal dan nyata. Sesuatu yang berdasar orang normal adalah khayal, oleh pengidap, dianggap kenyataan. 

Istilah skizofrenia paranoid sejak 2019 sudah dihapus organisasi kesehatan dunia WHO dari klasifikasi penyakit internasional. Istilah itu dinyatakan kurang relevan. Diganti menjadi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM V). Itu karya American Psychiatric Association (APA) terbitan 2013. Namun, intinya sama dengan sebelumnya: gangguan jiwa.

Kejadian terbaru kasus pembunuhan dengan pelaku pengidap itu dimuat BBC News, 17 April 2024, berjudul Failures led to ill son killing dad, coroner says. Peristiwanya terjadi di rumah dokter pria usia 68 Kim Harrison di Clydach, Swansea, Britania Raya, 12 Maret 2022.

Anak Kim, Daniel Harrison, 37, yang dirawat di rumah sakit jiwa setempat karena mengidap skizofrenia lolos dari penjagaan pihak RS, lalu pulang menemui ayahnya. Sang ayah dipukuli, diinjak-injak, sampai terluka parah. Akhirnya Kim meninggal beberapa hari kemudian di rumah sakit.

Kejadian itu heboh di Inggris. Pemeriksa mayat Kim, Kirsten Heaven, menyatakan bahwa kepala tim dokter perawat si gila Daniel Harrison, Prof Peter Donnelly, dianggap ”terlalu gampang menerima bahwa Daniel Harrison memberikan jawaban yang masuk akal, dan bukannya delusi paranoid pada pemeriksaan terakhir”. 

Hal itu menyebabkan penjagaan terhadap Daniel agak longgar sehingga ia lolos dari penjagaan, kabur untuk membunuh ayahnya. Setelah pembunuhan itu, Daniel dikurung total.

Kasus MAS yang empat kali diterapi psikiater sangat mungkin sudah pada kondisi bahwa MAS seharusnya dirawat jiwa. Namun, segalanya kini sudah terlambat. Pembunuhan sudah terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: