Ramadan Kareem 2025 (17): Belajar Takwa Semesta

Mari bersama-sama membuncahkan keyakinan, semesta memang selalu bertakwa, takwa semesta, tak pernah murtad, tak mengingkar Tuhannya. Barakallah. Ramadan Kareem. --iStockphoto
HARIAN DISWAY - Minggu, 16 Maret 2025 kemarin diperingati sebagai Hari Bakti Rimbawan yang ke-42. Peringatan itu menandai hadirnya kaum rimbawan dalam selongsong pembentukan Departemen Kehutanan 16 Maret 1983 lampau.
Momentum ini diperingati sebagai manifestasi apresiasi yang tinggi kepada para rimbawan yang telah bekerja keras membangun lingkungan hidup dan kehutanan Indonesia.
Demikian intinya kalau disitir dari beragam situs peringatan Hari Rimbawan, yang dalam tahun-tahun kabinet lama acap kali diadakan helatan Green Ramadan, kala pas peringatannya saat Ramadan.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (15): Hilyatul Auliya
Sungguh. Dengan penuh takzim kuhantarkan ucap Selamat Hari Bakti Rimbawan. Banyak komunitas rimbawan mengadakan acara. Saya sendiri merawat dan merapikan ratusan pohon yang berada di kebun rumah.
Anak-anak menikmati perkebunan di luar kota. Satu lagi yang asyik adalah membincang dalam diskusi ringan bersama teman dan keluarga. Hari kaum rimbawan tampak dinikmati sahabat rimbawan saya yang kini tinggal di luar provinsi Jawa Timur.
Saya salut atas beragam komunitas yang membincang hakikat kehidupan dalam skala iman maupun bernegara saat merenungi Hari Rimbawan. Pun diskusi yang mengangkat tema kebangsaan digelar di banyak tempat oleh kaum tua, generasi muda, dan organisasi kemahasiswaan.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (14): Momentum Bertahannuts
Memberi pesan berbangga sebagai Bangsa Indonesia bersenapas dengan “anjuran” kolega kepolisian maupun TNI yang rajin menyapa “angkatan awal abad ke-21” yang lebih asyik “merayakan” Hari Rimbawan dengan silaturahmi gagasan mendasar. Membanggakan.
Ramadan yang spesial. Peserta cengkerama santai di pojok rumah menyela untuk mengemukakan pandangan bebasnya. Santri-santri dari pondok-pondok pesantren yang berbaur dengan kalangan yang memiliki perbedaan iman yang dapat menyatu dalam bingkai “kesederajatan” sesama warga negara.
Peringatan Hari Bakti Rimbawan 2025 ini menandai hadirnya kaum rimbawan dalam selongsong pembentukan Departemen Kehutanan 16 Maret 1983 lampau. --
Anak desa dan kota yang baru saling mengenal acapkali mengemukakan pertanyaan yang menunjukkan keluasan nalar sehatnya. Mereka kritis, tajam dan menukik dalam menyorongkan problema melalui lontaran pikir yang melampaui pakem akademik yang ada.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (13): Perang Sarung
Terkadang terpotret lugu, lucu dan “saru” dengan komentar “apa adanya”. Gelembung kata yang dipakai mengingatkan saya pada buku “rileks” Zizek Jokes (2012) yang memadukan pemikiran psikoanalisis Jacques Lacan, dialektika Hegel, dan materialisme Marx.
Ulasannya kocak, sentimentil dan “norak” dengan lelucon vulgar seperti yang dapat dibaca pada Mati Ketawa Cara Slavoj Zizek (2016). Di rumpun ilmu “debat kusir” anak kampung ternyata harus diapresiasi dengan keluhuran dialog penuh hikmah. Apalagi saat Ramadan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: