Matahari Terbit dari Tiongkok
Banyak pemanas air tenaga surya berjejer di atap-atap gedung di Kota Rizhao, Tiongkok.-Jagaddhito Probokusumo untuk Harian Disway-
BACA JUGA:Merespons Kebangkitan Tiongkok
Transformasi lingkungan itu berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi dari luar negeri yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
UN-Habitat mencatat bahwa kota yang masih teguh memegang konsep ”primitive ecological enviroment” yang menampilkan langit biru, laut biru, udara bersih, dan pantai keemasan adalah jalan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Tidak semata-mata membangun banyaknya gedung pencakar langit dan penuhnya kendaraan bermotor di kota tersebut.
Indonesia memiliki potensi yang sama dengan Tiongkok. Lokasi Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa memiliki sumber energi matahari yang berlimpah dengan rata-rata 4.8 kWh/m2 sama dengan Tiongkok.
Ke depan potensi itulah yang bisa kita pikirkan bersama untuk mencukupi kebutuhan listrik di Indonesia dan menjadi sumber energi yang ramah lingkungan sekaligus murah. (*)
*) Jagaddhito Probokusumo adalah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dan Fellowship Training Interventional Cardiology di Rizhao International Heart Hospital, Shandong, Tiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: