Rasanya Jadi Wartawan Persebaya dan Olahraga di Harian Disway
Foto penulis ketika mengikuti konferensi pers Persebaya Surabaya--
Kritikan yang diberikan memang tegas, namun tetap dibawakan dengan candaan, sehingga membuat kami tidak merasa tertekan.
Sementara itu, mentor saya yang lain, Mbak Retna Christa, seperti pelatih tegas yang ditakuti semua orang.
Akrab disapa Mbak Nana. Sangat cool. Cantik, tapi kalau sudah bicara, kata-katanya tajam.
Mbak Nana mendidik kami dengan tegas tapi sangat fair. Kalau sampai buat kesalahan fatal, kami "habis". Dia Cheff Juna versi perempuan.
Tapi kalau kerja bagus, pujian darinya begitu memompa semangat kami.
Tentu saja, Mbak Nana tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meledek saya soal Manchester United.
Ya, saya fans MU, klub sepak bola Inggris yang sekarang sedang terseok-seok. Sebagai Fans MU, mental memang harus sekuat baja. Jadi, ini bukan problem. Sudah jadi makanan sehari-hari.
Selain Mas Salman dan Mbak Nana, saya juga bertemu dengan Mas Agustinus Fransisco, senior saya di Harian Disway.
Mas Sisco salah satu lulusan magang terbaik di Harian Disway. Makanya, setelah magang, ia langsung direkrut dan bahkan diberi kesempatan meliput langsung kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Mas Sisco sering menemani saya liputan Persebaya. Baik saat latihan, konverensi pers atau liputan langsung di Gelora Bung Tomo.
Tidak hanya tentang pekerjaan, saya juga sering curhat tentang tugas kuliah.
Kami sering berkumpul di halaman belakang kantor Harian Disway, ruang terbuka tempat para peserta magang berdiskusi dan bertukar cerita.
Magang di Harian Disway juga memberi kesempatan untuk terlibat dalam berbagai acara besar, seperti Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024.
Ini adalah ajang penghargaan tahunan yang diberikan kepada tiga pilar desa atau kelurahan di Jawa Timur.
Pengalaman magang kami tidak hanya tentang menulis, tetapi juga berinteraksi dengan orang-orang penting seperti bupati dan pejabat daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: