20 Tahun Tsunami 2004, Kehidupan Penyitas Sudah Jauh Lebih Baik
Wisatawan berjalan di sepanjang pantai di Provinsi Phang Nga, Thailand bagian selatan, pada 25 Desember 2024. Mereka mengunjungi lokasi ini menjelang peringatan 20 tahun bencana tsunami 2004. -Sawanrumpha-AFP
"Saya pikir saya tidak akan selamat," kenangnya. Rumahnya yang dekat pantai hancur. Kedua orang tuanya tewas. Pirun yang dulu mencintai laut kini diliputi ketakutan. Ia mengalami insomnia. Sering terbangun di malam hari karena suara ombak.
Pirun diasuh oleh bibinya. Mereka juga meninggalkan rumah mereka di Pulau Phra Thong menuju Bang Wa di daratan utama. Tempat ia mulai membangun kembali hidupnya.
Antara 1.000 hingga 2.000 anak di Thailand kehilangan setidaknya satu orang tua akibat tsunami. Itu disampaikan oleh layanan informasi kemanusiaan Relief Web dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Watana Sittirachot adalah salah seorang penyitas tsunami 2004 yang kini berusia 32 tahun. Ia kehilangan pamannya yang merawatnya sejak kedua orang tua Watana bercerai.
Kala itu Watana sedang bermain game komputer di sebuah warung internet di Ban Nam Khem. Di saat Watana sedang asik, tiba-tiba ia melihat air bah mendekati desanya dari kejauhan. "Orang-orang mulai berlari dan berteriak," kenang Watana. Kala itu, ia langsung dibawa ke tempat penampungan desa.
Pamannya dinyatakan hilang. Tubuhnya tak pernah ditemukan. Meninggalkan Watana yang saat itu berusia 12 tahun dalam duka mendalam.
Menurut Watana, pamannya adalah koki yang hebat. "Setiap kali makan ikan, saya selalu mengingatnya. Dia membuat hidangan ikan terbaik," ujarnya.
Di tengah depresi, seorang guru mengajaknya tinggal di Yayasan Baan Than Nam Chai, sebuah lembaga yang didirikan oleh dua pekerja sosial Thailand untuk anak-anak yatim piatu akibat tsunami.
Watana menjadi salah satu dari 32 penghuni pertama yayasan itu pada 2006. Kini, ia menjabat sebagai sekretaris jenderal yayasan tersebut. Fokus mereka sekarang adalah merawat lebih dari 90 anak dari orang tua yang tak mampu mengurus. Termasuk, anak-anak dari keluarga narapidana.
Meski meninggalkan kenangan pahit pasca tsunami 2004, Watana berusaha sembuh dan kembali menata hidupnya sedia kala.
Istri Pirun, Janjira Khampradit, juga mengungkapkan hal serupa. "Bertemu dengannya mengajarkan saya untuk menjalani setiap hari seakan-akan segalanya bisa terjadi," ungkapnya kepada Agence France-Presse. ''Ia mengajarkan saya ketenangan dalam memeluk kehidupan,'' ucap Janjira. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: