Catatan Film The Gorge Cinta itu (Nggak) Buta

The Gorge memadukan intensitas aksi dan romansa, menghadirkan cerita tentang dua hati yang berani menyeberangi batas hidup dan mati. -Apple TV-Pinterest
HARIAN DISWAY - Di antara film aksi yang penuh ledakan dan tembakan, The Gorge hadir dengan sesuatu yang berbeda. Film ini bukan sekadar tontonan yang memacu adrenalin, tetapi juga kisah cinta yang berkembang di tengah bahaya. Disutradarai oleh Scott Derrickson, The Gorge menggabungkan aksi brutal dengan romansa yang intens, menciptakan dinamika yang kuat antara dua dunia yang bertolak belakang.
Saya langsung tertarik dengan film ini begitu melihat cuplikannya di jagat media sosial. Benar-benar definisi: demi cintamu, gunung ku daki dan lautan ku seberangi. Adegan yang sangat ikonik, keduanya saling pandang dengan teropong dan berkomunikasi dengan catatan kecil.
Mereka memulai perjalanan bertahan hidup di dunia asing yang penuh bahaya. Ini gila. Baru kenal aja sudah mendapat perhatian bertubi-tubi seperti ini. PDKT los, lancar jaya. Tokoh utama, Drasa (Anya Taylor-Joy) dan Levi (Miles Teller), adalah dua penembak jitu yang ditugaskan di sisi berlawanan sebuah jurang misterius yang dijuluki “gerbang menuju neraka.”
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Film Romantis Andrew Garfield, Si Peter Parker Kedua
Karakter Darsa ditampilakn sebagai perempuan yang tegas dan terlatih, sisi lembutnya muncul seiring intensitas hubungannya dengan Levi. Sebaliknya, Levi yang awalnya tampak santai dan sarkastik, mulai menunjukkan ketulusan dan keberanian yang tak disangka.
Keduanya berkembang tidak hanya sebagai pasangan, tetapi sebagai individu yang berani memilih untuk melawan sistem yang mengekang mereka. Mereka dilarang berkomunikasi, tetapi justru menemukan cara untuk terhubung lewat isyarat, teropong, dan catatan kecil. Pada adegan PDKT ini, tampak keduanya effort banget untuk memulai sebuah hubungan cinta.
The Gorge menyajikan kisah cinta penuh resiko. Saat Levi menepati janjinya, kita diingatkan bahwa keberanian terbesar seringkali lahir dari hal-hal paling sederhana. -lola-Pinterest
Satu babak yang membuat setiap penonton merasa hangat adalah sebuah adegan ketika Levi menepati janjinya untuk mengunjungi Darsa, sebuah janji temu untuk kencan. Levi datang menyeberangi jurang yang mengerikan dengan seutas tali, membawa seikat bunga liar untuk Darsa. Sungguh romantis.
BACA JUGA: Singles Inferno, Acara Kencan yang Lebih Seru Daripada Drama
Saat Levi jatuh ke jurang, Drasa tanpa ragu melompat untuk menyelamatkannya, seolah berkata: mari kita sehidup-semati, Benar-benar ekspekstasi semua orang yang pernah jatuh cinta, diselamatkan oleh orang yang diharapkan akan menyelamatkan.
Film ini juga menekankan koneksi emosional yang intens dan atsmofer naratif yang nyaris filosofis. Pilihan ini mungkin membuat beberapa penonton merasa ritmenya lambat, tapi justru di situlah letak kekuatannya. Membangun kedekatan yang terasa otentik, tresna jalaran seka kulina.
Salah satu daya tarik utama The Gorge adalah eksplorasi oposisi biner yang begitu kental dalam cerita. Film ini tidak sekadar menyajikan pertentangan aksi dan romansa, tetapi juga membenturkan konsep-konsep besar lainnya: kehidupan dan kematian; chaos dan ketenangan; tugas dan perasaan; keterasingan dan kebersamaan.
BACA JUGA: Kecewa! Gal Gadot Kritik Film Aksi yang Minim Aktor Perempuan Lewat Heart of Stone
Drasa dan Levi berada di pihak yang berbeda, tetapi takdir (atau pilihan mereka sendiri) membuat mereka saling terikat. Hubungan mereka berkembang di antara dua ekstrem: mereka saling menjaga tetapi juga terus berada dalam bahaya; mereka berusaha bertahan hidup tetapi terus-menerus berada di ambang kematian, mereka yang hidup namun tak memiliki tujuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: