Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (3): Jadi Waiters Layani Awkarin

Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (3): Jadi Waiters Layani Awkarin

Fadzil Hashim (kiri depan), orang Malaysia pemilik Restoran Malaysia, yang datang beserta anak dan istrinya. Tampak Yunaz Karaman (bertopi) dan kawan-kawannya. -Yunaz Karaman-

Sama seperti kebanyakan mahasiswa diaspora, saya mencari pekerjaan tambahan. Alhamdulillah, banyak sekali keuntungan yang saya dapat dari hal tersebut.

Sebagai penerima beasiswa Turkiye Burslari Scholarship, sebenarnya saya mendapatkan uang saku setiap bulan. Itu sangat cukup untuk makan, membeli data internet, dan sedikit menabung. Namun, untuk kebutuhan lainnya, saya merasa perlu punya pekerjaan tambahan. 

Tentu bukanlah sebagai profesional atau di sektor formal. Tapi pekerjaan seperti di restoran, hotel, atau toko. Mengingat visa saya hanya sebagai pelajar, bukan sebagai pekerja. Selain itu tujuan saya ke Turkiye memang bukan untuk bekerja sehingga saya hanya dapat masuk di sektor tersebut.

Dalam seri sebelumnya saya tulis betapa senangnya saya menemukan tempat makan enak di Restoran Malaysia. Ya, di awal-awal kedatangan di Turkiye, hampir setiap minggu saya berkunjung ke situ hanya untuk memanjakan lidah dengan nasi goreng, mi goreng, atau ayam geprek.


Suasana di depan Restoran Malaysia yang menjadi favorit Yunaz Karaman untuk menemukan menu-menu yang sesuai seleranya.--

BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (1): Dari Batu ke Nevsehir

Selain mencari menu yang berbeda dari asrama, restoran itu menjadi tempat saya kembali untuk sekadar self reward. Misalnya setelah menghadapi ujian kenaikan tingkat. Apalagi restoran yang berada di dekat pemberhentian bus itu menjual makanan dengan harga yang tidak terlalu mahal untuk ukuran kantong saya. 


Suasana di depan Restoran Malaysia yang menjadi favorit Yunaz Karaman untuk menemukan menu-menu yang sesuai seleranya.--

Di Restoran Malaysia itu saya bertemu dua orang dari Indonesia. Mereka masih mahasiswa seperti saya. Setiap kali saya ke sana, saya sering berbagi cerita dengan keduanya sambil menunggu tamu yang datang. 

Sekira satu bulan sejak kunjungan perdana di restoran itu, saya datang setelah baru saja menyelesaikan ujian kenaikan tingkat. Kala itu mahasiswa -selain yang mengikuti kelas bahasa- libur selama satu bulan. Sementara saya yang tengah menjalani kelas bahasa hanya libur satu minggu.

BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (2): Berburu Selera ke Goreme

Kebetulan semua teman Turkiye di asrama memilih pulang ke rumah masing-masing sehingga kampus jadi sepi. Hanya perpustakaan yang buka hingga pukul 22.00. Sempat bingung apa yang harus saya lakukan ya untuk mengisi libur. 

Entah dapat ide dari mana, saya beranikan diri melamar sebagai waiters. Eh, ternyata langsung diterima. Untung saya sering melihat pola kerja para waiters di situ. Tanpa lama, saya langsung terjun dan melayani tamu. Enaknya, waktunya sangat fleksibel. Di akhir pekan saja saya bekerja selama 8-9 jam.
Salah satu menu kesukaan Yunaz Karaman yang dijual di Restoran Malaysia yakni nasi goreng ayam. -Yunaz Karaman-

Pada seminggu awal sebagai waiters, Turkiye sedang memasuki musim semi tapi suasana masih sangat dingin. Para wisatawan masih banyak yang berdatangan. Karena itu pengunjung restoran pun silih berganti hingga kami hampir kewalahan. 

BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (5): Rayakan Iduladha dengan Opor Ayam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: yunaz karaman