Pasutri Swinger, Mengapa?

Pasutri Swinger, Mengapa?

ILUSTRASI Pasutri Swinger, Mengapa?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Pelan tapi pasti, budaya seks bebas negara-negara Barat ditiru orang Indonesia. Pasutri inisial IG, 39, dan KS, 39, ditangkap polisi karena menggelar pesta seks swinger (seks tukar pasangan). Karena belum ada aturan hukum swinger, mereka dijerat Undang-Undang Pornografi. Kebetulan, IG dan KS memvideokan kegiatan itu sehingga masuk pornografi.

SWINGERS muncul di Amerika Serikat (AS) pada 1948. Dua dokter AS, Jennifer Blevins Williams dan Curtis Bergstrand, dalam karya mereka yang berjudul Today's Alternative Marriage Styles: The Case of Swingers (2000), menyebutkan bahwa istilah swingers diperkenalkan media massa di AS tahun 1950-an untuk menggambarkan fenomena yang sedang berkembang saat itu.

Kini atau sekitar 76 tahun kemudian, di AS hal itu sudah biasa. Legal. Tapi, tidak banyak pengikutnya. Diperkirakan kini sekitar 1 persen dari pasutri di sana melakukannya. Baik dalam bentuk pesta (bersama banyak pasangan) atau antara dua pasangan.

BACA JUGA:Pesta Swinger di Sebuah Vila di Batu Digerebek Polisi

IG dan KS ditangkap polisi di Badung, Bali. Namun, karena aktivitasnya di Jakarta dan Bali, mereka ditahan di Polda Metro Jaya.

Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya Kombespol Roberto Pasaribu kepada wartawan, Minggu, 12 Januari 2024, mengatakan, ”Berdasarkan pemeriksaan para tersangka, kenapa dipilih Jakarta dan Bali? Karena penyimpangan seksual itu paling banyak terjadi terutama di daerah pariwisata yang melibatkan WNA. Dan, ada peserta WNA.”

Dijelaskan, pasutri tersebut menggelar itu sejak setahun terakhir ini. Modusnya, mereka membikin web. Jumlah pengikut di web itu lebih dari 17.000. Dari situlah peminat swinger berkumpul. Mereka berinteraksi, juga bertukar nomor HP. Barulah kemudian IG dan KS mengumumkan di situ, akan menggelar pesta swinger.

BACA JUGA:Mengenal Tiga Mode Baru di Free Fire: Bomb Squad, Rampage, dan Brick Swinger

Syaratnya, peserta adalah pasangan (suami istri atau bukan). Gratis. Juga, peserta tidak dibayar. Biaya tempat penginapan ditanggung masing-masing. Tapi, kegiatan itu direkam video, tidak untuk dijual, tetapi ditampilkan di web agar menarik minat peserta lain.

Kombes Roberto: ”Tersangka tidak menjual videonya, tapi dari penayangan di web tersebut, mereka mendapatkan uang dari Google Ads (berdasarkan jumlah viewers, engagement, dan aturan Google lainnya).”

Selama setahun ini para tersangka sudah menggelar sepuluh kali pesta swinger. Delapan di Bali, sisanya di Jakarta. Dari penayangan video itulah para tersangka mendapatkan uang Google Ads. Juga, dari situlah kegiatan mereka terpantau Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya.

BACA JUGA:Buron Predator Seks Anak

Setelah terkumpul calon peserta pesta swinger, mereka kopi darat dulu. Mereka bertemu di suatu tempat yang disepakati bersama.

Roberto: ”Jadi, ketika calon peserta sudah sepakat masuk forum, mereka saling meng-invite. Itu cara kerja website tersebut. Kemudian, mereka akan melakukan kopi darat, melakukan pertemuan, untuk menentukan tanggal dan tempat di mana. Jadi, perkenalannya setelah sepakat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: