Koin Jagat dan Masyarakat yang Terbuai Budaya Instan, Pakar Digital Society: Risiko Ketagihan Tak Bisa Diabaikan

Koin Jagat dan Masyarakat yang Terbuai Budaya Instan, Pakar Digital Society: Risiko Ketagihan Tak Bisa Diabaikan

Prof Rahma Sugihartati ketika dikukuhkan sebagai guru besar, 10 Agustus 2022.-Foto: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY-

Ya, fenomena tersebut telah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Guru Besar Sains Informasi FISIP Universitas Airlangga Prof Rahma Sugihartati menilai, salah satu daya tarik utama dari Koin Jagat adalah hadiah yang ditawarkan.

Menurut pakar Digital Society tersebut, permainan dengan iming-iming hadiah itu memunculkan hasrat bagi para penggunanya untuk menjadi pemenang. 

”Namun, itu menjadi polemik karena merusak lingkungan dan fasilitas umum. Banyak taman-taman rusak dan berdampak negatif bagi pemain itu sendiri,” kata Prof Rahma kepada Harian Disway, Sabtu, 18 Januari 2025.

Fenomena berburu Koin Jagat tidak lepas dari budaya digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari.

Saat ini, manusia hidup dalam masyarakat digital. Budaya digital memang tak bisa dihindari.

”Ini merupakan sebuah keniscayaan, termasuk permainan Koin Jagat. Kegiatan sehari-hari dalam budaya digital dilakukan berbasis platform digital,” tambah Prof Rahma.

Budaya partisipasi dalam dunia digital, menurut Prof Rahma, membuat masyarakat semakin terlibat dalam aktivitas digital yang menawarkan hadiah.

Dalam kultur digital, orang mempunyai participatory culture atau budaya partisipasi.

Oleh karena itu, aplikasi-aplikasi tersebut memang secara sengaja dirancang untuk meningkatkan partisipasi, termasuk dalam permainan. 

”Dalam Koin Jagat, orang menjadi semakin mengejar hadiah. Sudah punya kultur digital, kultur partisipasi, ditambah juga ada hadiah. Animonya menjadi semakin meninggi,” paparnya.

BACA JUGA:Aplikator Koin Jagat Ditegur Komdigi, Penyebaran Koin Dihentikan Sementara

BACA JUGA:Bikin Resah, Gubernur DKI Sampai Wali Kota Surabaya Serukan Blokir Koin Jagat

Namun, Prof Rahma juga mengingatkan akan bahaya dari fenomena itu. Tren yang viral di media sosial selalu coba diikuti masyarakat agar tidak dianggap ketinggalan. 

”FOMO (fear of missing out, Red) itu benar adanya. Banyak orang takut ketinggalan tren tertentu, dan ada keinginan untuk mendapatkan hasil instan. Ini menjadi ciri khas budaya kita, yang sering mencari keuntungan secara cepat dan instan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: