Pagar Laut Tangerang dan Lemahnya Tangan Besi Kekuasaan: Negara yang Tertidur di Tengah Ombak

Pagar Laut Tangerang dan Lemahnya Tangan Besi Kekuasaan: Negara yang Tertidur di Tengah Ombak

ILUSTRASI Pagar Laut Tangerang.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DI negeri yang lautnya lebih luas daripada daratannya, di tanah yang katanya gemah ripah loh jinawi, seharusnya hukum adalah pedang yang tajam, bukan sekadar arca yang diam. Namun, di perairan Tangerang, sebuah pagar laut menjulang bagai tembok tak kasatmata yang menampar kewibawaan negara.

Panjang, kokoh, dan misterius. Pagar laut itu bukan sekadar anyaman kayu dan bambu yang terhempas ombak, melainkan monumen bisu yang bercerita tentang betapa lemahnya penguasa dalam menjaga ruang lautnya sendiri. 

Ia membentang lebih dari 30 kilometer, melampaui batas-batas administrasi, seakan menegaskan bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar daripada aturan negara.

BACA JUGA:Pagar Laut Tangerang Minimal 5 KM Terbongkar

BACA JUGA:Pembongkaran Pagar laut Tangerang Libatkan 1.500 Personel Gabungan

Lalu, siapa dalang di balik semua ini? Negara pun terdiam, seolah tersesat dalam kabut yang diciptakannya sendiri.

KETIKA HUKUM MENJADI BAYANG-BAYANG

Dalam setiap garis pagar itu, kita bisa membaca puisi kelam tentang pengabaian dan ketidakberdayaan. Bagaimana mungkin sesuatu sebesar ini bisa berdiri tanpa izin? 

Bagaimana mungkin negara yang gemar berbicara tentang ”kedaulatan maritim” justru membiarkan lautnya dipagari tanpa sepengetahuannya?

Laut yang seharusnya menjadi rumah bagi nelayan kini berubah menjadi ruang gelap tanpa kepastian, tempat hukum menjadi sekadar aksara mati di atas kertas. 

BACA JUGA:Lahan di Perairan Surabaya 656 Hektare Berstatus HGB seperti Misteri Pagar Laut Tangerang, Mau Direklamasi Juga?

BACA JUGA:Menteri KKP Soal Pembongkaran Pagar Laut Tangerang: Harusnya Tunggu Penyelidikan Dulu!

Pemerintah daerah bungkam, kementerian terkejut, dan TNI-AL pun harus turun tangan, seakan negeri ini tak lagi memiliki sistem yang mampu menangani persoalan sebelum menjadi gunung es yang menenggelamkan segalanya.

Jika pagar itu benar dibangun untuk reklamasi alami atau menciptakan daratan baru dengan memanfaatkan sedimentasi, kita sedang menyaksikan sebuah operasi senyap yang dirancang dengan presisi luar biasa. Itu bisa saja bukan kerja rakyat jelata. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: