Parpolisasi PWI
ILUSTRASI Parpolisasi PWI.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Kongres PWI jadi mirip kongres parpol. Pun, sekarang konflik PWI menjadi mirip konflik parpol. Tidak ada yang mau mengalah dan masing-masing merasa benar sendiri. Munculnya dua kepengurusan dengan dua ketua umum sekarang ini mirip dengan konflik internal parpol.
Gejala parpolisasi PWI sudah terasa sejak kongres di Banda Aceh pada 2008. Ketika itu aroma money politics sudah mulai tercium karena beberapa delegasi diduga menerima sejumlah uang untuk memilih calon tertentu. Gejala tersebut makin kuat pada kongres berikutnya, dan puncaknya terjadi pada kongres Bandung 2023.
Dewan Pers sebagai pemegang otoritas media tertinggi di Indonesia tidak berani mengambil sikap. Pemerintah juga menjaga jarak, ogah memihak salah satu pihak. Dua kubu sama-sama tidak mau menyerah.
PWI pernah pecah menjadi dua di era 1970-an. Ketika itu muncul dua kepengurusan, yakni versi B.M. Diah yang lebih pro pemerintah vs kepengurusan Rosihan Anwar yang kritis terhadap pemerintah. Ketika itu konflik terjadi karena perbedaan idealisme. Kali ini konflik terjadi karena uang. (*)
*) Ketua Dewan Pakar PWI Pusat dan pengajar ilmu komunikasi di Unitomo, Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: