Merger Honda dan Nissan Tak Sepakat soal Status Anak Perusahaan

Merger Honda dan Nissan Tak Sepakat soal Status Anak Perusahaan

RENCANA MERGER pada 1 Agustus 2024 di Tokyo, Jepang. Ketika itu, CEO Nissan Makoto Uchida (kiri) dan Direktur Honda Toshihiro Mibe menggelar konferensi pers untuk media setempat.-RICHARD A. BROOKS-AFP-

BACA JUGA:Honda HRC 2025: Warna, Mesin, dan Ambisi Baru di MotoGP

Yang terang, publik memang menunggu keputusan dua perusahaan tersebut. Sebab, Honda dan Nissan memang punya nama beken di dunia otomotif. Honda, misalnya. Perusahaan itu didirikan pada 1948 sebagai pabrik kecil pembuat sepeda motor. Dan kini, Honda menjadi produsen sepeda motor terbesar di dunia. Perusahaan itu memproduksi 3,7 juta mobil setiap tahun.

Lebih dari 40 persen mobil Honda terjual di Amerika Utara tahun lalu. Lalu ada 20 persen di Tiongkok, 18 persen di Jepang, dan tiga persen di Eropa.

Nissan, yang berdiri sejak 1933, memproduksi 3,1 juta mobil tahun lalu. Penjualannya di Amerika Utara mencapai 38 persen dari total penjualan global, diikuti Tiongkok 20 persen, Jepang 14 persen, dan Eropa 10 persen.

Pada 1999, Renault, produsen mobil Prancis, mengambil 36,8 persen saham di Nissan yang kala itu merugi. Mitsubishi Motors bergabung dalam aliansi tersebut 17 tahun kemudian, dengan Nissan mengambil 34 persen saham di Mitsubishi.

Namun, ketegangan muncul ketika pemerintah Prancis meningkatkan sahamnya di Renault pada 2015. Disusul penangkapan bos Nissan, Carlos Ghosn, pada 2018 atas dugaan pelanggaran keuangan dan melarikan diri dari Jepang. Pada 2023, Renault menjual sebagian sahamnya di Nissan, menyisakan 15 persen kepemilikan silang di antara kedua perusahaan.


MOBIL LISTRIK HONDA dipamerkan pada Indonesia International Motor Show (IIMS) di Surabaya, 29 Mei 2024.-JUNI KRISWANTO-AFP-

Dalam jangka panjang, kedua perusahaan perlu mencari mitra alternatif untuk bersaing dalam perlombaan teknologi, kata para analis.

"Untuk Honda, masih ada kekhawatiran bagaimana memperkuat bisnis kendaraan empat rodanya," ujar Seiji Sugiura, analis otomotif di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory.

Fakta bahwa eksekutif Honda ingin bergabung dengan Nissan menunjukkan bahwa mereka membutuhkan kolaborasi yang lebih dalam tentang riset dan pengembangan. 

Nissan berada dalam posisi yang lebih sulit karena menghadapi tantangan besar. Termasuk ketidakstabilan keuangan dan kebutuhan untuk memperkuat posisinya di bidang teknologi canggih, menurut Yoshida dari Bloomberg.

Sugiura menambahkan bahwa perusahaan teknologi Foxconn tetap menjadi opsi bagi Nissan.

Laporan terbaru menyebut Foxconn, atau Hon Hai, telah berdiskusi dengan Renault untuk membeli sahamnya di Nissan.

Namun, Sugiura juga menyebut ada potensi kerja sama antara Foxconn dan Honda. "Sebab, Foxconn memiliki teknologi yang diinginkan Honda," katanya.

"Jika Honda benar-benar menginginkan teknologi Nissan, mereka bisa meluncurkan penawaran pengambilalihan paksa terhadap Nissan," ucap Sugiura. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: