7 Pemikiran Denny JA tentang Agama dan Spiritualitas di Era AI Layak Jadi Kurikulum PT

7 Pemikiran Denny JA tentang Agama dan Spiritualitas di Era AI Layak Jadi Kurikulum PT

Bertujuan memberikan perspektif baru kepada mahasiswa tentang peran agama dan spiritualitas di tengah kemajuan teknologi, pemikiran Denny JA bakal menjadi bagian dari kurikulum di berbagai PT negeri dan swasta di Indonesia. --LSI Denny JA

Demikian ketujuh poin Denny JA. “Tentu akan ada kritik atas teori Denny JA ini. Pandangan Denny JA dianggap terlalu menekankan rasionalitas dan perubahan sosial tanpa cukup mempertimbangkan dimensi transendental agama,” ujar Gaus.

BACA JUGA: Jelang Coblosan, Elektabilitas Khofifah-Emil Tembus 67 Persen di Survei LSI Denny JA

“Tidak semua komunitas menerima AI sebagai otoritas baru dalam spiritualitas. Tafsir agama juga tidak selalu berubah karena tekanan sosial, tetapi sering kali karena dinamika internal keimanan dan tradisi,” lanjut Gaus.

“Tapi, Denny JA tidak bermaksud menggantikan agama dengan AI. Ia hanya menyoroti bagaimana akses informasi mengubah pola keimanan," lanjutnya lagi. Di biara sunyi Tibet, AI membantu biksu menemukan makna tersembunyi dalam teks kuno.

Kuil Kodaiji di Kyoto, Jepang, memperkenalkan Mindar, robot pendeta berbasis AI, untuk menyampaikan khotbah Buddha. Inisiatif ini bertujuan menarik minat generasi muda terhadap ajaran Buddha.

BACA JUGA: Survei LSI Denny JA: Khofifah Masih Ungguli Risma dan Luluk

Tapi teknologi tidak menggantikan doa, tetapi menjadi lentera baru bagi pencarian batin. AI bukan ancaman bagi spiritualitas, melainkan jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam dan universal.

Gaus menambahkan bahwa dengan memahami prinsip-prinsip ini, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih luas dan inklusif tentang peran agama dan spiritualitas di era digital. 

"Ini sesuai dengan kutipan bahasa Denny JA sendiri: 'agama warisan kultural milik kita bersama'. Kami berharap materi ini dapat memfasilitasi dialog yang konstruktif dan reflektif di kalangan akademisi dan masyarakat luas,” ujarnya.

BACA JUGA: LSI Denny JA: Kepercayaan Publik Capai 83,5 Persen Bukti Popularitas Prabowo Subianto Sangat Tinggi

Sekaligus juga materi kuliah ini mengajak kita merenung, bahwa di era AI, apakah agama akan kehilangan sakralitasnya atau justru menemukan makna baru? (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: