Adili Jokowi

Presiden Soekarno tidak mempunyai hubungan baik dengan Soeharto. Bahkan, Soekarno meninggal dalam tahanan rumah akibat perintah Soeharto. 

Pada gilirannya, Soeharto jatuh oleh gerakan reformasi dan digantikan B.J. Habibie. Hubungan Soeharto dan Habibie pecah meski Habibie mengakui Pak Harto sebagai mentor politiknya.

BACA JUGA:Endorse Jokowi

BACA JUGA:Wajah Jokowi di Kabinet Prabowo

Habibie dengan Gus Dur tidak punya hubungan baik sebagai presiden dan mantan presiden. Megawati yang menggantikan Gus Dur juga tidak berhubungan mulus. 

Megawati dengan SBY malah berseteru jauh melewati masa jabatan SBY selama sepuluh tahun. SBY dengan Jokowi pun tidak punya hubungan spesial, malah lebih terkesan oposisional. 

Gerakan untuk mengadili mantan presiden terjadi saat Pak Harto menggantikan Bung Karno melalui silent coup, ’kudeta senyap’. Demonstrasi mahasiswa bermunculan, menuntut Bung Karno diadili karena dosa-dosa politiknya.

BACA JUGA:DPA Baru, Karpet Merah buat Jokowi?

 BACA JUGA:Apakah Jokowi Masih Bertaji?

Pengadilan terbuka terhadap Bung Karno tidak pernah dilakukan. Soeharto tahu persis bahwa Bung Karno masih punya banyak pengikut setia. Mengadili Bung Karno secara terbuka akan membawa risiko politik yang tidak perlu. 

Soeharto lebih memilih mengasingkan Bung Karno dalam tahanan rumah di Wisma Yaso sampai meninggal.

Ketika Soeharto jatuh oleh gerakan reformasi, muncul banyak tuntutan untuk mengadilinya. Sama dengan kasus Soekarno, mengadili Soeharto secara terbuka akan membawa risiko politik yang tidak perlu. Soeharto pun dibiarkan pensiun dengan tenang di rumahnya di Jalan Cendana.

BACA JUGA:Jokowi, The Next Level Soeharto

BACA JUGA:Lagi, Jasa Jokowi untuk Prabowo

Prabowo Subianto juga tahu bahwa Jokowi masih punya sisa kekuasaan yang cukup kuat. Prabowo harus berhitung dengan cermat karena ia sendiri sekarang dalam posisi dilematis.

Sumber: