Masjid Ikon Surabaya (8): Motif Semanggi Khas Surabaya

Masjid Ikon Surabaya (8): Motif Semanggi Khas Surabaya

Bentuk benteng di atap atap sekitar masjid yang menyimbolkan perjuangan dan perlindungan.-Moch Sahirol Layeli-

Masjid Rahmat menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Masjid itu menjadi saksi tradisi dan perjuangan Surabaya. Hal itu terlihat dari motif arsitektur Semanggi Lima di gerbang dan di benteng pertahanan di bangunan masjid.

WAJAH Surabaya terlihat pada bangunan Masjid Rahmat. Masjid yang didirikan awalnya adalah langgar Tiban dan didirikan Sunan Ampel itu memiliki beberapa simbol yang bisa menggambarkan Kota Pahlawan. Masjid tersebut menjadi sebuah simbol dari warisan budaya dan spiritual yang kaya. 

Masjid Rahmat menawarkan suasana yang menenangkan. Seolah mengajak setiap pengunjung untuk merenung dan kembali. Setiap langkah memasuki pelataran masjid itu akan disambut oleh suasana sejuk tanaman.

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (7): Simbol Toleransi Sejak Zaman Kompeni

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (6): Ajak Musafir Nyantri hingga Beri Beasiswa Pendidikan

Keunikan arsitektur masjid itu terlihat jelas dari elemen desainnya. Terutama bentuk daun semanggi lima yang menghiasi berbagai aspek bangunan. Motif daun semanggi itu dapat ditemukan di atas tempat imam, teras masjid, pagar, dan gerbang.

Ya, Semanggi adalah makanan khas Surabaya. Di sana masjid bercat putih itu berdiri kokoh dengan motif semanggi lima di tiap ujung pilarnya. Semanggi lima itu bermotif mengecil ke atas. Pilarnya dibuat dari keramik berwarna coklat. Konon, menurut cerita dari orang tua dan sesepuh, daun semanggi melambangkan Rukun Islam, yang menjadi pilar penting dalam kehidupan seorang Muslim.


Pengimaman Masjid Rahmat yang berbentuk daun semangi dengan lima bulat.-Moch Sahirol Layeli-

Di bagian gapura juga dibentuk motif yang sama. Tapi, ukurannya dibuat lebih besar dan berwarna hitam. “Motif itu ada artinya. Dari bawah itu besar, terus ke atas semakin kecil,” ujar Achmad Muryadi, Imam Besar Masjid Rahmat. “Jadi, yang bawah berarti hal umum, hal-hal duniawi, kemudian mengecil menjadi satu buah untuk Tuhan Yang Maha Esa,” sambungnya.

Kawasan sekitar Masjid Rahmat dulunya dipenuhi dengan bunga-bunga berwarna kuning. Saat ini, meskipun bunga-bunga tersebut mungkin tidak sebanyak dulu, aura damai tetap terjaga. Setiap kali angin berhembus, daun-daun yang terpasang di pagar dan pintu gerbang seolah bergerak menari mengikuti hembusan angin.

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (5): Sukses dengan Model Direksi, Kini Buka Cabang di Dua Kota

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (4): Wujud Spirit Ekonomi Islam di Masjid Pemuda Indonesia

Salah satu hal yang paling mencolok dari Masjid Rahmat adalah bangunan kotak di atasnya, yang menyerupai benteng pertahanan. Bentuk itu bukan hanya untuk hiasan estetika belaka, tapi menyimpan cerita sejarah yang berharga. 

Menurut cerita yang beredar, motif itu dibuat atas inisiatif arsitek dan warga setempat untuk mengabadikan peristiwa pertempuran hebat yang terjadi di Kota Surabaya. Terutama saat meletusnya pertempuran 10 November. Kawasan Kembang Kuning pun terkena dampak dari peperangan antara penjajah dan pejuang pribumi, dan masjid ini menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: