Ofan, Ronaldo, Torres: Karena Sepak Bola Tak Sesederhana Itu…

Opini Eri Irawan tentang Oktafianus Fernando--
Di universe yang lain, Oktafianus Fernando berlari menyerbu wilayah pertahanan PSIS Semarang yang kosong. Ofisial keempat menunjukkan tambahan waktu empat menit. Persebaya sudah unggul satu gol. Tinggal satu gol lagi untuk memastikan kemenangan ada di tangan.
Oktafianus, pemain yang dilahirkan dari persaingan internal klub-klub amatir di Kota Surabaya, terus berlari dan yakin akan mencetak gol. Di sampingnya ada beberapa pemain Persebaya lain yang ikut berlari kencang. Kasim Botan, Bruno Moreira, dan Francisco Rivera.
Kiper PSIS Syahrul Trisna meninggalkan gawangnya dengan putus asa untuk memblokade serbuan tiga pemain Persebaya. Dia tahu ini bakal sia-sia. Oktafianus Fernando terus berlari dan menendang bola ke sisi kanannya. Gol. Persebaya menang 2-0 di depan 13 ribu penonton yang memadati Gelora Bung Tomo, Surabaya, 12 Maret 2025.
Happy ending.
Seharusnya.
Masalahnya, universe lain hanya ada film-film super heroes Marvel. Tidak ada universe yang lain. Hanya ada satu bumi dan satu waktu. Dan di waktu itu, pada menit 93 lebih 19 detik, Oktafianus Fernando menyaksikan bola yang ditendangnya melenceng ke sisi kiri gawang Syahrul.
Namun kekecewaan berubah menjadi kemarahan, ketika beberapa detik kemudian, PSIS melakukan serangan balik cepat dan Septian David Maulana berhasil mencetak gol penyama kedudukan pada menit 90+4.
Oktafianus dianggap tidak saja gagal memanfaatkan peluang emas untuk mencetak gol, namun juga menyebabkan Persebaya gagal meraih kemenangan. Hujatan pun terdengar di media sosial. Semua tidak bisa memahami kenapa peluang sebesar itu bisa gagal dimanfaatkan.
Sumpah serapah yang diawali kata "seandainya" tak cukup membuat para pendukung Persebaya tenang. Sia-sia peluang untuk terbang ke posisi kedua klasemen, menyalip posisi Dewa United. Persebaya tetap berada di posisi ketiga. Tertinggal satu angka dari Dewa dan sembilan angka dari Persib Bandung.
Ofan, sapaan akrab Oktafianus, menunjukkan kepada kita bahwa sepak bola tak sesederhana itu, tak sesederhana umpatan dan sumpah serapah. Ini bukan hanya menyangkut skill, teknik individu, tapi juga mental. Ketidaktenangan barang sedetik bisa menyebabkan hancurnya peluang yang dikreasi dengan kerja keras dan kejelian taktis.
BACA JUGA:Rating Pemain Persebaya Pasca Ditahan PSIS 1-1, Depan Kurang Garang
Dalam hal ini, Ofan tidak sendirian. Kegagalan mengeksekusi peluang emas juga dialami bintang-bintang sepak bola. Cristiano Ronaldo (tidak perlu dijelaskan tentang sosoknya) pernah gagal mengonversi peluang 99 persen menjadi gol saat memperkuat Manchester United dalam pertandingan menghadapi Sheffield United musim 2006/2007. Dia tinggal berhadapan dengan gawang yang nyaris kosong, bahkan bukan lagi satu lawan satu melawan kiper. Namun bola melambung ke atas mistar.
Fernando Torres, striker tajam asal Spanyol, pernah gagal mencetak gol untuk Chelsea saat menghadapi Manchester United pada Liga Inggris musim 2011-12. Dia sudah berhasil mengecoh kiper David de Gea. Gawang kosong-melompong. Namun bola yang ditembakkan Torres malah melenceng ke sisi kanan gawang.
Daftar makin panjang jika hendak diteruskan. Kesialan bisa terjadi pada siapa saja. Klub apa saja. Nasib Torres dan Ofan agak mirip. Di ujung laga, Chelsea dikalahkan United 1-3. Bedanya Chelsea bertanding di Old Trafford, sebagai tamu. Tekanannya tentu lebih besar. Namun tetap saja, seandainya Torres berhasil memanfaatkan peluang itu, bisa jadi hasil akhirnya akan berbeda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: