Sponge City: Solusi Modern untuk Kota Bebas Banjir

Ilustrasi curah hujan yang tinggi. --Humas PCU
Sistem tersebut bahkan diatur dalam Perwali Analisis Dampak Lingkungan Drainase yang mengharuskan gedung-gedung tinggi memiliki penampungan air hujan. “Air hujan dikumpulkan di dalam tangki sebelum dibuang ke saluran kota. Dengan begitu, tekanan pada sistem drainase bisa dikurangi,” ujarnya.
BACA JUGA:Perjalanan KA dari Stasiun Pasarturi Dialihkan, Jalur Rel Terendam Banjir di Grobogan
BACA JUGA:Tanggul Sungai Cinangka Jebol, 156 Rumah di Purwakarta Terendam Banjir
Tak hanya harvesting tank, ada juga green roof atau atap hijau yang mampu mengurangi intensitas banjir. Nah, jika harvesting tank berada di tanah, green roof memaksimalkan permukaan atap bangunan untuk ditanami tumbuhan guna menyerap air hujan.
“Atap hijau bisa mengurangi volume air yang langsung masuk ke sistem drainase, sehingga memperlambat limpasan air saat hujan deras,” kata Timoticin.
Bahkan sistem jalan dan trotoar pun bisa diupayakan sebagai bagian dari solusi mengatasi banjir. Banyak kota di dunia mulai menggunakan material permeabel untuk jalan dan trotoar agar air lebih mudah meresap ke tanah.
“Kalau semua permukaan di kota ini kedap air, tentu banjir akan semakin parah. Makanya, penting untuk mengombinasikan material yang dapat menyerap air dalam pembangunan infrastruktur kota,” jelasnya.
BACA JUGA:Banjir Bekasi Rugikan PMI Rp 15 Miliar, Alat Transfusi Darah Terendam di Lantai Bawah
BACA JUGA:Prabowo Hubungi Sejumlah Pejabat Saat Tinjau Banjir Di Bekasi, Pastikan Program MBG Tetap Berjalan
Meski begitu ada tantangan besar untuk menerapkan konsep itu. Tantangan tersebut adalah kesadaran dan komitmen semua pihak dalam mengatasi banjir.
Tanpa peraturan yang ketat dan pelaksanaan yang konsisten, perubahan ini sulit dilakukan. “Diperlukan kebijakan yang tegas agar konsep ini benar-benar diterapkan. Selain itu, masyarakat juga harus berperan aktif dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mendukung program pengelolaan air kota,” tegasnya.
Banjir bukan masalah yang bisa diselesaikan dalam semalam. Diperlukan perubahan cara pandang dalam membangun kota. Bukan hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga ekosistem dan keseimbangan lingkungan.
“Jika ingin mengurangi dampak banjir, kita harus mulai mengadopsi prinsip Sponge City secara lebih luas. Dengan begitu, air hujan bisa lebih banyak diserap, bukan hanya mengalir di permukaan dan berakhir menjadi banjir,” pungkasnya.
Di tengah gencarnya pembangunan kota, beberapa sistem di atas bisa menjadi solusi yang membawa perubahan nyata. Kota yang lebih ramah air, bukan hanya tangguh menghadapi hujan deras, tapi juga lebih hijau dan nyaman bagi penghuninya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: