Overconfidence, Tantangan Masa Depan Strategi Perusahaan

Overconfidence, Tantangan Masa Depan Strategi Perusahaan

ILUSTRASI Overconfidence, Tantangan Masa Depan Strategi Perusahaan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DALAM dunia bisnis yang dinamis, perubahan dan ketidakpastian adalah keniscayaan yang harus dihadapi setiap perusahaan. Namun, masih banyak perusahaan yang terjebak dalam pola pikir lama, yakni mengandalkan pengalaman masa lalu untuk menghadapi tantangan masa kini. 

Dalam banyak kasus, dua fenomena utama, yaitu bias overconfidence (keyakinan berlebihan) dan inertia problem (masalah inersia), menjadi penghalang utama dalam pengambilan keputusan strategis yang optimal. 

Bias overconfidence membuat pengambil keputusan cenderung terlalu percaya diri terhadap kemampuannya sehingga mengabaikan analisis terhadap kemungkinan risiko yang akan timbul secara mendalam. 

BACA JUGA:Direktur Shell Mengundurkan Diri, Perusahaan Rombak Struktur Manajemen

BACA JUGA:Tiongkok Kumpulkan Petinggi-Petinggi Perusahaan Mutakhir

Sementara itu, inertia problem menimbulkan resistansi terhadap perubahan, yaitu perusahaan lebih memilih mempertahankan strategi yang sudah ada meski tidak lagi relevan dengan kondisi pasar yang terus berkembang.

Overconfidence merupakan bias kognitif yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan strategis perusahaan atau individu. Meskipun kepercayaan diri merupakan atribut penting dalam kepemimpinan dan strategi bisnis, bias overconfidence dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang tidak rasional. 

Hal itu sering kali ditandai dengan pengambilan risiko yang tidak terukur, pengabaian masukan penting, serta kurangnya analisis risiko yang mendalam sebelum mengambil keputusan strategis. 

BACA JUGA:Merger Honda dan Nissan Tak Sepakat soal Status Anak Perusahaan

BACA JUGA:Kecelakaan di Gerbang Tol Ciawi, Kemenhub Panggil Perusahaan Air Minum Pemilik Truk

Dalam banyak kasus, pemimpin perusahaan dengan sifat overconfidence cenderung menganggap keputusan mereka lebih unggul daripada saran dari tim atau data yang tersedia. 

Hal itu dapat berujung pada investasi yang tidak tepat, ekspansi bisnis yang tidak sesuai dengan kapasitas perusahaan, atau bahkan pengabaian terhadap tanda-tanda krisis yang mulai muncul. 

Contoh nyata dari fenomena itu dapat dilihat dalam berbagai kasus kegagalan perusahaan besar yang mengabaikan dinamika pasar dan tetap bertahan pada strategi lama yang sudah tidak relevan.

BACA JUGA:Trump Komentari Kemunculan DeepSeek AI: Ini Wake Up Call Untuk Perusahaan AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: