Komunikasi Nonverbal Tumbuhkan Citra pada Individu

ILUSTRASI Komunikasi Nonverbal Tumbuhkan Citra pada Individu.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
MENARIK, komunikasi bisa berlangsung secara verbal maupun nonverbal. Jarang sekali komunikasi nonverbal menjadi penyebab atas kondisi tertentu. Sering kali kata-kata atau kalimat itu dianggap lebih penting daripada simbol, mimik, atau gestur pada tubuh manusia. Namun, selama hampir dua tahun ini, muncul sejumlah tindakan komunikasi nonverbal yang menarik untuk dianalisis.
Salah satunya adalah perhelatan pilkada beberapa waktu yang lalu, yang menimbulkan serangkaian kasus yang menarik untuk dipaparkan di dalam tulisan ini. Apa yang terjadi di Jawa Tengah menarik untuk dikuliti.
Ada dua kandidat yang disebut perang bintang antara Irjen Pol Ahmad Luthfi, mantan kapolda Jawa Tengah, melawan Jenderal TNI (purn) Andika Perkasa, mantan panglima TNI. Hampir semua orang merasa Andika yang akan menang.
Jawa Tengah dikenal sebagai kandang banteng. Partai yang mengusung Andika Perkasa (PDIP) menjadi keyakinan kemenangan akan diraih. Namun, apa yang terjadi di luar perkiraan kita, Andika kalah di kandang banteng itu.
Penampilan sosok Andika selama berkampanye bisa dianalisis kurang mendapatkan simpati dari masyarakat Jawa Tengah, masyarakat yang dikenal halus kata-kata, perilaku, berbudi luhur, dan enggan memamerkan ”kekuatan fisiknya”.
Andika selalu menggandeng istrinya dalam kampanye, dengan baju ketat dengan kancing atas terbuka, memamerkan otot tubuhnya yang kekar. Itu seakan-akan mengisyaratkan ia suka berolahraga fitness.
Hal tersebut menimbulkan antipati kepada masyarakat kita yang tidak suka orang lain pamer kekuatan. Ingat kasus di Kalimantan, ketika ada orang Madura memakai golok, menunjukkan kepada orang Dayak? Hal itu menimbulkan kemarahan suku Dayak yang merasa dirinya sebagai tuan rumah di Bumi Kalimantan, berujung pembunuhan besar-besaran pada etnis Madura saat itu.
Sama dengan situasi kali ini, justru pemilih yang berusia produktif dan anak muda tidak suka tampilan yang menyukai bentuk tubuh seseorang. Hal itu terlihat dalam hasil pilkada, Andika keok di tanah markas PDIP alias kandang banteng.
TIGA PRESIDEN BERTEMU, RAKYAT OPTIMISTIS
Saat ulang tahun Partai Gerindra, muncul tiga tokoh penting Indonesia. Ada mantan Presiden SBY dan Jokowi serta Presiden Prabowo yang duduk berdampingan sebelum acara itu dimulai. Simbol ketiganya berkumpul, menimbulkan kesan mereka akrab, ketawa-ketiwi, berangkulan, dan menunjukkan rasa hormat satu dengan yang lain.
Makna yang tercipta di saat kondisi perekonomian negara kocar-kacir, kita optimistis menghadapinya. Rakyat yang melihat kondisi itu pasti juga merasa optimistis untuk menghadapi segala beban kehidupan.
Bertemunya tiga tokoh tersebut bukannya tanpa makna. Di masa sebelumnya, momentum seperti itu jarang terjadi. Prabowo mampu menyatukan kedua presiden sebelum ia untuk saling berkontribusi.
Memang harus diakui, ketiganya berkoalisi dan saling mendukung dalam pilpres yang lalu. Tetapi, ada makna lain yang muncul pada saat mereka bertemu.
Ketiganya menyimbolkan satu kekuatan yang dahsyat dari bangsa ini dalam menghadapi segala persoalan kebangsaan. Ketiganya menandakan adanya persatuan di antara mereka untuk menghadapi persoalan kenegaraan yang sedang dan akan dihadapi negara ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: