Rumah Secondhand Terus Diminati

Rumah Secondhand Terus Diminati

Rumah yang dijual di Perumahan Krian Sejahtera Indah Regency Cluster Cantik.-Alfi kirom-

BACA JUGA:KAI Properti Gelar Kegiatan Donor Darah sebagai Bentuk Kepedulian Sosial

BACA JUGA:Surabaya Siap Hadapi PPN 12%, Insentif Sektor Properti hingga Mobil Listrik jadi Harapan!

Head of Corporate Strategy and Expansion Remax Indonesia Charlie Lim mengatakan, industri properti di Indonesia tidak akan pernah mati. Penjualan rumah bekas atau baru pun masih terus tumbuh.

“Walau pertumbuhannya ini masih sangat lemah. Sebab, perekonomian masyarakat menengah ke bawah melemah. Hal itu dipengaruhi rupiah yang terus melemah. Sehingga, daya beli masyarakat menengah ke bawah juga berkurang,” ucapnya.

Namun, secara fundamental, pertumbuhan ekonomi kita dari tahun ke tahun masih di angka 5 persen. “Angka itu masih lebih baik daripada negara-negara lain di Asia. Pertumbuhan ekonomi kita masih konsisten,” katanya lagi.

Ia berpendapat, penjualan rumah second memang lebih tinggi. Masyarakat masih meminati rumah bekas. Sebab, harganya pasti lebih murah. “Perbandingannya 70-30. Itu berdasar data kami di Remax. Paling banyak pembelian pun dengan metode KPR. Sebanyak Rp 1 miliar-1,5 miliar,” ungkapnya.

Menurutnya, penjualan rumah di 2024 lalu memang masih lebih rendah dari 2023. Selisihnya memang tidak terlalu besar. Masih di bawah 5 persen. Melihat kebijakan pemerintah saat ini, ditambah dengan hadirnya kementerian yang fokus terhadap pertumbuhan perumahan, Charlie yakin penjualan properti baru maupun bekas akan terus tumbuh.

Sementara itu, Rumah123 mencatat, sepanjang 2024, pertumbuhan indeks harga rumah second (IHRS) mengalami perlambatan dibanding 2023. Secara keseluruhan, pertumbuhan selama 2024 berada di kisaran 0,5 persen hingga 2,7 persen. Sementara pertumbuhan IHRS 2023, berada antara 2,2 persen hingga 4,3 persen.

Dari catatan mereka, Denpasar mencatatkan pertumbuhan harga paling agresif selama 2023-2024. Yakni tumbuh di kisaran 9,5 persen hingga 19,8 persen. Daerah itu diproyeksikan akan mengalami perlambatan pada 2025. Hal itu terjadi sebagai bagian dari penyesuaian setelah periode kenaikan signifikan dalam dua tahun terakhir. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: