Purnatugas Sang Konsul Jepang di Surabaya: Pak Ken dan Impian yang Tertinggal di Argapura

Konjen Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi menunjukkan titik Gunung Liman, Madiun, dalam peta Jawa Timur yang tertempel di dinding kantornya, kemarin.-Boy Slamet/Harian Disway -
Sampai saat ini, Pak Ken pun sudah mendaki banyak gunung di Indonesia. Misinya mendaki ke tanah tertinggi di seluruh hamparan Jawa Timur nyaris selesai. Kakinya sudah pernah memijak semua puncak gunung di Bumi Majapahit, kecuali Gunung Argapura.
Ya, gunung dengan ketinggian 3.088 mdpl yang berada di perbatasan Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso tersebut memang misi terakhir. Belum sempat keturutan hingga hari terakhirnya bertugas sebagai Konjen Jepang di Surabaya.
BACA JUGA:Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (1)
Pak Ken harus sudah terbang kembali ke kampung halaman pada Senin, 24 Maret 2025. Sudah waktunya pensiun setelah bertugas di berbagai tempat di Indonesia selama 24 tahun. Tetapi, misi Argapura itu pun tak mau ditinggalkan begitu saja.
Ia akan menyimpannya dalam hati dan membawanya pulang ke Jepang. Ia memastikan akan kembali lagi suatu hari nanti. “Tolong jangan hapus saya,” celetuknya lantas terkekeh saat menceritakan permintaan ke teman-teman di grup Whatsapp pendaki gunung.
Meski pensiun, Pak Ken masih punya kemauan bekerja lagi kelak. Tetapi, tentu di luar pemerintahan. Ia ingin berkontribusi meningkatkan kerja sama Jepang dan Indonesia, terutama Jawa Timur. Salah satunya, memberi bantuan hukum kepada orang-orang Indonesia yang tinggal di Negeri Sakura.
BACA JUGA:Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (2)
Tetapi, di masa-masa awal pensiun nanti, Pak Ken ingin lebih menikmati waktu senggang untuk diri sendiri. Terutama akan pulang ke Gifu. Melepaskan kerinduannya kepada sang ibu yang berusia 87 tahun. Apalagi, katanya, sang ibu juga tinggal di rumah seorang diri.
Untuk ukuran orang Indonesia, usia sang ibu memang sudah sepuh. Saya sendiri membayangkannya seperti seorang nenek yang biasa lebih banyak menghabiskan waktu berdiam di rumah. Tetapi, seketika bayangan itu buyar begitu Pak Ken meceritakan aktivitas sang ibu.
“Ibu masih sehat dan kuat. Ke mana-mana sendiri, masih sering bersepeda,” ucapnya sambil memeragakan duduk tegap. Rasa heran yang sekejap menyergap langsung lenyap. Kalau ada peribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya, maka bisa dibilang: buah yang segar tentu berasal dari pohon yang sehat.
BACA JUGA:Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (3)
Saya menaksir usia Pak Ken lebih dari 50 tahun. Tetapi, fisiknya begitu bugar. Hampir tak ada kerutan di wajahnya. Tentu bikin saya agak minder sebagai yang lebih muda. Selain masih rutin mendaki gunung, ia juga kerap mengikuti event-event maraton. Dua tahun terakhir ikut di Singapura, Sydney, dan Tokyo.
Pengasuh Rubrik Cheng Yu Harian Disway Novi Basuki (kiri) dan Direktur Utama Harian Disway Tomy C Gutomo (tengah) bersama Takeyama Kenichi saat perayaan ulang tahun Kaisar Jepang di Hotel JW Marriot Surabaya, 21 Februari 2024.-Moch Sahirol Layeli-Harian Disway-
Yang mencengangkan, maraton dengan jarak 42 kilometer itu ditempuh tak sampai 5 jam. Artinya, Pak Ken rata-rata mampu lari menempuh 10 km dalam satu jam. September nanti, ia akan lanjut ikut maraton di Berlin, Jerman.
BACA JUGA:Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (4-habis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: