Komunikasi Menjaga Solidaritas Bangsa

Komunikasi Menjaga Solidaritas Bangsa

Aksi Tolak RUU TNI Grahadi Surabaya.-Alfi kirom-

Sebagaimana yang disampaikan oleh Albert Einstein, “We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them.” Kita tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cara berpikir yang sama dengan yang menyebabkan masalah tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berpikir lebih terbuka, berani mengakui kesalahan, dan bersama-sama mencari jalan keluar yang adil dan bijaksana. Tidak hanya sekadar mengutamakan politik kekuasaan, tetapi juga mementingkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama.

Kekuatan Kolektif dalam Menghadapi Krisis

Di tengah krisis yang mengguncang, solidaritas bangsa adalah hal yang sangat dibutuhkan. Kita harus mengingat bahwa bangsa Indonesia besar karena keberagaman dan kekuatan kolektif yang ada dalam masyarakatnya. Semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa kita harus terus dijaga dan diperkuat. Solidaritas sosial bukan hanya soal bekerja bersama dalam menangani kesulitan, tetapi juga soal memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh sesama.

Akhirnya, dalam menghadapi krisis multidimensi yang mengancam Indonesia, kita perlu merenung dan melakukan refleksi terhadap diri kita sendiri. Tidak hanya pemerintah yang perlu introspeksi, tetapi juga masyarakat. Keutuhan bangsa ini adalah tanggung jawab bersama yang harus dijaga dan dipelihara. Dalam situasi seperti ini, sangat penting bagi kita untuk membuka ruang komunikasi yang bebas dan konstruktif, di mana setiap suara dapat didengar tanpa takut atau terintimidasi. 

Keterbukaan dalam berkomunikasi adalah kunci untuk memahami perasaan sesama, sekaligus mendukung terciptanya solusi yang adil. Setiap individu, kelompok, dan elemen masyarakat berhak untuk menyuarakan pendapat dan kritik mereka terhadap kebijakan yang dirasa tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Kritik yang membangun, jika disampaikan dengan etika komunikasi yang baik, dapat menjadi alat untuk memperbaiki dan mengarah pada perubahan positif. Dengan cara ini, kita tidak hanya menciptakan ruang untuk ekspresi diri, tetapi juga untuk memperkuat kesadaran kolektif bahwa semua pihak berkontribusi dalam membangun bangsa ini.

Di tengah kesulitan yang kita hadapi, sikap kritis terhadap kebijakan bukanlah bentuk pembangkangan, melainkan bentuk kepedulian yang tulus terhadap kemajuan negara. Berpikir kritis adalah bagian dari rasa peduli, dan jangan dianggap melawan.  Pemerintah perlu membuka diri terhadap kritik konstruktif, karena dalam kritik itulah terkandung aspirasi dan harapan rakyat untuk masa depan yang lebih baik.

Kita harus menjaga etika komunikasi yang penuh rasa hormat dan saling menghargai dalam berdebat atau berdiskusi. Tindakan ini akan memperkuat solidaritas, memperluas pemahaman, dan mendekatkan kita pada solusi yang menguntungkan semua pihak. Ruang komunikasi publik yang bebas tanpa rasa takut adalah prasyarat penting untuk tumbuhnya demokrasi yang sehat dan bermartabat. Kita gunakan kesempatan ini justru untuk memperkuat solidaritas kita. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: