Urgensi Penerapan Green Human Resources Management di Indonesia

ILUSTRASI Urgensi Penerapan Green Human Resources Management di Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Secara textbook, GHRM melingkupi kegiatan analisis dan deskripsi posisi pekerjaan, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, dan penghargaan.
KATALIS BIROKRASI YANG EFISIEN
Sejumlah aspek penting yang hendak dicapai organisasi dengan adanya implementasi GHRM adalah, pertama, meningkatkan reputasi perusahaan. Penerapan praktik ramah lingkungan, menciptakan image baik di mata publik.
Hal itu mendongkrak citra dan reputasinya di mata konsumen, yang pada gilirannya bisa menarik pelanggan yang lebih peduli terhadap keberlanjutan. Di samping itu, karyawan merasa lebih bangga bekerja di perusahaan yang berkomitmen pada keberlanjutan.
Kedua, penggunaan sumber daya secara efisien dan pengurangan limbah dapat menekan biaya operasional perusahaan. Misalnya, penghematan energi dan paperless management melalui penggunaan teknologi digital dapat menjadi langkah awal yang efektif.
Ketiga, dengan GHRM perusahaan dapat mengurangi jejak karbon mereka dan ikut berkontribusi dalam mereduksi kerusakan lingkungan, sebagai contoh pengurangan emisi, penghematan air, dan manajemen limbah.
Keempat, karyawan yang bekerja di lingkungan perusahaan yang mendukung praktik hijau cenderung lebih termotivasi dan dapat meningkatkan loyalitas dan produktivitas.
Meski memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang mungkin dihadapi perusahaan dalam penerapannya.
Pertama, kurangnya kesadaran dan dukungan dari karyawan. Beberapa karyawan mungkin kurang menyadari atau tidak mendukung inisiatif hijau sehingga perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka.
Kedua, biaya implementasi. Meski GHRM dapat mengurangi biaya dalam jangka panjang, biaya awal (initial cost) untuk menjalankan program lingkungan bisa cukup besar, seperti biaya pelatihan, teknologi, dan infrastruktur baru.
Ketiga, resistansi terhadap perubahan, yaitu perubahan menuju GHRM dapat menimbulkan resistansi, baik dari manajemen maupun karyawan. Perusahaan perlu mengelola perubahan itu dengan baik dan memberikan pemahaman tentang manfaat jangka panjang dari penerapan praktik hijau.
GHRM bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis untuk transformasi berkelanjutan, baik dalam pemerintahan maupun organisasi privat. Melalui pendekatan terpadu dan komitmen yang kuat, implementasi GHRM dapat menjadi katalis perubahan menuju birokrasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Pendekatan terpadu GHRM dalam organisasi dapat menjadi katalis untuk transformasi keberlanjutan. Dengan mengintegrasikan praktik ramah lingkungan dalam manajemen sumber daya manusia, sebuah organisasi tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Sebagai salah satu pengguna sumber daya terbesar, sektor publik memiliki tanggung jawab signifikan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2023) menunjukkan bahwa instansi pemerintah menyumbang 30 persen dari total emisi karbon nasional.
Oleh karena itu, implementasi GHRM menjadi langkah strategis untuk menjawab tantangan ini. Dengan begitu, praktik-praktik GHRM bisa berangkat dari proses rekrutmen dengan memilih kandidat yang memiliki komitmen terhadap keberlanjutan dan lingkungan melalui kesadaran penggunaan energi yang efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: