Sepak Terjang Titiek Puspa dalam Belantika Musik Indonesia

Sepak Terjang Titiek Puspa dalam Belantika Musik Indonesia

Ini dia sepak terjang Sang Legenda Musik Indonesia Titiek Puspa yang punya kisah mendalam. --fimela

Lagu seperti Kupu-Kupu Malam adalah manifestasi dari keberaniannya mengangkat isu sosial yang dianggap tabu. Sementara Marilah Kemari memperlihatkan kasih sayangnya pada dunia anak.

Dalam wawancara yang pernah dimuat di majalah lawas, ia berkata bahwa kalau hanya menyanyi, ia bisa berhenti kapan saja. Tapi kalau mencipta lagu, ia hidup lebih lama dari usianya.

Ia menulis lebih dari 400 lagu. Bayangkan: ratusan narasi, emosi, dan refleksi kehidupan dituangkan dari ujung penanya. Ia adalah pencerita yang ulung. Setiap lagu menjadi jendela ke dalam jiwanya, dan kadang—juga ke dalam jiwa kita.

BACA JUGA: Ray Sahetapy Meninggal Dunia, Simak Perjalanan Hidup dan Warisan Aktor Legendaris Indonesia

Di masa itu, panggung musik bukan ruang yang ramah untuk perempuan. Banyak yang hanya diposisikan sebagai penyanyi, bukan pencipta atau produser. Tapi Titiek menembus batas itu. Ia menulis, menyutradarai konser, bahkan mengatur bisnis produksinya sendiri.

Ia juga dikenal sebagai mentor. Banyak penyanyi muda yang mengaku belajar etos kerja darinya. Ia tidak pernah datang terlambat. Tidak pernah mangkir dari latihan. Selalu sopan. Ia percaya bahwa menjadi seniman bukan hanya tentang bakat, tapi juga karakter.

Di usia senja, ia sempat divonis mengidap kanker. Tapi di titik yang bagi orang lain mungkin jadi akhir, Titiek menjadikannya awal dari babak baru. Ia menulis lagu-lagu spiritual yang menyentuh, seperti Doa Seorang Ibu. Ia tampil di acara-acara motivasi, memberi semangat bagi pasien kanker lain.

BACA JUGA: Peringatan Hari Musik Sedunia 21 Juni: Sejarah, Fakta Menarik dan Cara Memperingatinya

Kanker itu bukan kutukan, ujarnya suatu ketika. Itu tamu. Kalau kita tahu cara menjamunya, dia akan pergi dengan sopan. Sikapnya yang positif dan penuh humor membuatnya tetap dicintai, bahkan oleh generasi yang lahir jauh setelah era kejayaannya.

Tak banyak yang tahu, Titiek Puspa juga pernah berakting di film. Ia bermain dalam beberapa produksi nasional dan tampil reguler di TVRI dalam berbagai program seni dan hiburan. Tapi bukan ketenaran yang ia kejar.

Titiek melihat televisi dan film sebagai cara lain untuk menjangkau hati orang banyak. Program musik anak yang ia pandu, misalnya, menjadi favorit keluarga. Ia tak hanya menyanyi, tapi juga mendongeng dan mengajak anak-anak berpikir lewat lagu.

BACA JUGA: Band Radja Jiplak Lagu APT? Fenomena Cancel Culture pada Musik Indonesia

Sebuah peran yang kini jarang sekali ditemui di dunia hiburan modern. Tak terhitung jumlah penghargaan yang ia terima. Dari AMI Awards, Lifetime Achievement, Anugerah Musik Indonesia.

Hingga penghargaan khusus dari pemerintah atas dedikasinya dalam budaya dan seni. Namun ia selalu rendah hati. Ia menulis karena ia senang. Kalau orang lain ikut senang, itu bonus, katanya dalam suatu perbincangan.

Titiek Puspa meninggal dengan tenang. Dikelilingi keluarga dan sahabat, lagu-lagu yang ia tulis tetap diputar di ruang perawatan. Ia tidak minta pemakaman mewah. Ia hanya ingin dikenang lewat karya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: