Jalan Sepi Buku-Buku Olahraga dan Sepak Bola Indonesia

ILUSTRASI Jalan Sepi Buku-Buku Olahraga dan Sepak Bola Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Rasanya Jadi Wartawan Persebaya dan Olahraga di Harian Disway
Situasi tersebut tentu berbalik 180 derajat jika kita ingin membaca, menelusuri, dan mengetahui perjalanan klub atau tim dalam satu periode tertentu. Misalnya, kalau ingin melihat dari dekat perjalanan Inggris di Piala Dunia 1990 Italia, ada buku karya jurnalis Pete Davies yang berjudul One Night in Turin.
Atau, mungkin ingin mengikuti aktivitas kesuporteran selama semusim yang kalau dalam bahasa saat ini tidak mainstream dan kaya dengan insight, hal itu bisa ditemukan dengan membaca buku Tim Parks yang berjudul A Season with Verona.
Ada juga buku yang membahas detail bagaimana suasana ruang ganti Spanyol ketika jadi juara Euro 2008, Piala Dunia 2010, dan Euro 2012. Hal itu bisa ditemukan dalam buku Graham Hunter berjudul Spain, The Inside Story of La Roja’s Historic Treble.
BACA JUGA:Agama dan Pusat Unggulan Iptek Bidang Olahraga
BACA JUGA:7 Latihan Olahraga Penting untuk Persiapan Mendaki Gunung
Nah, upaya mendokumentasikan perjalanan klub Indonesia dalam semusim sebetulnya pernah dilakukan beberapa orang. Misalnya, Mahfud yang menulis perjalanan Persik Kediri saat juara Liga Indonesia musim 2006. Buku itu berjudul Persik, Juara Sejati The Dream Team Ligina XII.
Kemudian, ada Sidiq Prasetyo yang menulis sejarah perjalanan klub Gresik yang kini sudah bubar, Petrokimia Putra, pada musim 2002. Buku berjudul Trofi, Jalan Petrokimia Ukir Sejarah berkisah tentang musim saat tim asuhan Serghei Dubrovin itu jadi juara.
Sidiq juga pernah menulis buku tentang musim-musim Persebaya juara. Buku berjudul The Champions, Persebaya sang Juara merekam periode klub sepak bola Kota Pahlawan itu juara kompetisi Indonesia musim 1978, 1987/1988, 1996/1997, dan 2004.
Lalu, ada Aqwam Fiazmi Hanifan yang menulis buku tentang perjalanan Persib Bandung. Buku yang berjudul Persib Kami Rindu Juara dan Persib Undercover merangkum kisah dari hasil wawancara ketika klub ibu kota Jawa Barat itu jadi juara.
Pemerhati perbukuan Sirajudin Hasbi pernah menulis dalam esainya di salah satu media siber, bahwa penerbitan buku-buku bertema olahraga atau sepak bola ini mulai semarak pada 2014. Atmosfer Piala Dunia di Brasil dimanfaatkan betul oleh penerbit buat menyambut pesta sepak bola terakbar dunia.
Hasbi mencatat dalam esainya itu setidaknya ada lima buku yang rilis menjelang Piala Dunia di kawasan Amerika Latin tersebut. Sayangnya, lima buku itu mayoritas tidak bicara sepak bola dalam negeri.
Nah, upaya mendokumentasikan olahraga maupun sepak bola Indonesia lewat buku memang masih jauh dari kata mencukupi dan sempurna. Masih banyak puncak pencapaian, kisah dramatis, hingga kisah heroik pesepak bola atau olahragawan kita yang belum ditulis. Makin banyak buku sepak bola atau olahraga ditulis, makin kecil juga amnesia kita pada puncak-puncak prestasi olahraga kita.
Anak cucu kita butuh tahu apa yang terjadi dalam sejarah Persebaya yang akan berusia 100 tahun pada 2027. Penerus bangsa juga perlu diingatkan bagaimana pemain-pemain Indonesia U-17 berhasil tampil di Piala Dunia U-17 2023 serta 2025.
Sekali lagi, kita akan selalu diingatkan pada kutipan paling terkenal dari sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer soal betapa pentingnya mendokumentasikan lewat tulisan. Bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: