Jambore Seni Lereng Gunung, Gerakan Seni Selaras dan Harmoni dengan Alam

Jambore Seni Lereng Gunung, Gerakan Seni Selaras dan Harmoni dengan Alam

Kelompok musik Arca Tata Sawara dalam Jambore Seni Lereng Gunung, 19 April 2025 di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Pasuruan.-Guruh DN-HARIAN DISWAY

Berbagai karya dibawakan. Untuk musik, terutama lagu-lagu bertema lingkungan atau nasionalisme. Salah satunya Arca Tata Sawara yang membawakan Kami Anak Negeri Ini karya Gombloh.

Sebelumnya, pada 18 April 2025, digelar pula Workshop Manajemen Seni Lereng Gunung yang membahas pengelolaan event dan penciptaan karya seni. Workshop itu diikuti oleh para seniman dan budayawan dari berbagai daerah di Indonesia.

BACA JUGA:Ruwat Rawat Segara Gunung, Tema Eksotika Bromo 2023

Didukung oleh Kementerian Kebudayaan RI, Forkopimda Kabupaten Pasuruan, Muspika Pandaan, Puskesmas Pandaan, Satpol PP, dan komunitas seni lokal, acara itu menjadi ajang penting dalam memperkuat kesadaran ekosentris di tengah arus modernisasi yang cenderung memisahkan manusia dari alam.

Pandangan masyarakat pegunungan yang memuliakan alam sebagai makhluk hidup menjadi inspirasi utama festival tersebut. 


Pementasan Opera Kalpataru Pohon Kehidupan dalam Jambore Seni Lereng Gunung.-Guruh DN-

Seni tradisi yang mereka wariskan merupakan wujud dari filosofi hidup berdampingan dengan alam. Melalui gerak tari yang mengikuti irama angin, musik yang menyatu dengan bisikan gunung, dan ritual yang memuliakan tanah dan air.

BACA JUGA:Jazz Gunung Bromo 2024: Bromo Nirkolab

Melalui Jambore Seni Lereng Gunung, masyarakat diajak untuk tidak sekadar menikmati seni. Tetapi juga memahami nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. 

Festival itu menjadi gerakan budaya yang mengingatkan kembali bahwa manusia adalah bagian dari alam, bukan penguasa atasnya. Sebuah ruang kontemplasi dan perayaan, tempat kita belajar untuk hidup selaras dengan bumi yang kita pijak. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: