Ruwat Rawat Segara Gunung, Tema Eksotika Bromo 2023

Ruwat Rawat Segara Gunung, Tema Eksotika Bromo 2023

Tarian Jiwa yang ditarikan oleh Afizki Arif Ridwan, dalam gelaran Eksotika Bromo pada 8 Oktober 2023.-Julian Romadhon-

PASURUAN, HARIAN DISWAY - Beberapa tandan pisang ayu serta berbagai sajian terdapat dalam wadah daun pisang. Masyarakat Tengger menyebut sesaji itu: banten.

Dua pemangku berpakaian serba hitam dengan udeng khas menjadi pemimpin peribadatan.Di belakang mereka adalah para umat Hindu Tengger serta beberapa pemangku. Duduk berjajar di sebuah karpet merah.

Mereka mengadakan peribadatan Semeninga atau Matur Piuning. Meminta izin atas pelaksanaan Eksotika Bromo 2023.

BACA JUGA: Memahami Bahasa Jawa Tengger, Mirip Tegal Dialek Jawa

BACA JUGA: Rayakan Tahun Baru, Warga Tengger Berlomba Bunyikan Musik Tradisi Menuju Gunung Bromo

Sekaligus sebagai ungkapan syukur karena leluhur dan alam Bromo telah memberi hasil bumi yang berlimpah.

Pun, sebagai rasa syukur pula karena kebakaran di Bromo telah berakhir. Anak-cucu Tengger selamat dan sebagai ungkapan terima kasih, mereka mewujudkannya dalam bentuk banten pisang ayu.

"Simbol sukacita kami karena semua yang ada di kawasan Tengger ini selamat sentosa. Tak kurang suatu apa," ujar Pemangku Sutaji.

Ritus tersebut merupakan bagian awal sekaligus inti dari gelaran Eksotika Bromo tahun ini, yang diselenggarakan pada Minggu, 8 Oktober 2023.

Berdasarkan pembahasan panjang-lebar antara Afifa Prasetya, konseptor Eksotika Bromo dan para tokoh Tengger, disepakati tema besar mereka: Ruwat Rawat Segara Gunung.

"Meruwat, merawat alam Bromo yang telah memberi kita kehidupan secara terus-menerus," ujar Afizki Arif Ridwan, tokoh pemuda Hindu Tengger.

BACA JUGA: Rayakan Kasada, Berikut Tahapan Warga Suku Tengger sebelum Tunaikan Yadnya Kasada

Ia menyebut bahwa tema itu merupakan implementasi dari konsep Tri Hita Karana. Sebuah konsep tiga hubungan yang saling berkaitan dan harus saling selaras. Yakni Parahyangan (Tuhan), Pawongan (manusia) dan Palemahan (alam raya).

Manusia wajib berbakti dan selalu berdoa kepada-Nya. Pun berinteraksi sosial dengan sesama manusia dan menghargai alam. Maka upacara itu untuk mengawali kegiatan Eksotika Bromo sekaligus bagian paling inti.

Sebab, tahun ini mereka menekankan pada pemujaan dan rasa syukur terhadap Tuhan, leluhur serta alam yang memberi mereka hidup.

Tak ingar-bingar, cenderung hening dan bersifat spiritual. Tarian yang disajikan setelah upacara itu pun sebagai ungkapan penerimaan Suku Tengger terhadap berkat dari Hyang Widhi.

Yakni tarian Jiwa yang ditarikan oleh Afizki, serta tari Wahyuning Langit yang ditarikan 15 penari perempuan remaja dan anak-anak.

Tarian-tarian sebagai simbol rasa syukur atas penerimaan wahyu Hyang Widhi. Selain dua tarian tersebut, terdapat pementasan seni tradisi jaranan dan celengan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: