Ujian Berat Kohesi ASEAN di Tengah Gelombang Proteksionisme Trump

Ujian Berat Kohesi ASEAN di Tengah Gelombang Proteksionisme Trump

ILUSTRASI Ujian Berat Kohesi ASEAN di Tengah Gelombang Proteksionisme Presiden AS Trump.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

There is no natural center in Southeast Asia.”

Pernyataan itu menyiratkan bahwa tidak ada kekuatan dominan atau institusi kolektif yang cukup kuat untuk mempersatukan kawasan di tengah tekanan eksternal yang intensif.

Jika tren tersebut terus berlanjut, potensi disintegrasi ASEAN menjadi kian nyata. Seperti Brexit yang menunjukkan bahwa bahkan Uni Eropa yang sangat terstruktur dan mengikat secara hukum pun tidak kebal terhadap kehendak nasionalisme ekonomi, ASEAN yang jauh lebih longgar justru lebih rentan mengalami pelemahan koherensi internal.

GEOPOLITIK SUPERPOWER DAN POLARISASI INTERNAL ASEAN

Perbedaan ideologis dan afiliasi politik luar negeri antarnegara anggota ASEAN juga menjadi batu sandungan dalam mewujudkan kesatuan visi kawasan. 

Negara-negara demokrasi Barat seperti Indonesia, Filipina, dan Malaysia cenderung memiliki hubungan strategis dengan Amerika Serikat, sedangkan negara-negara seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar lebih dekat secara ekonomi dan politik dengan Tiongkok.

Hal itu menciptakan poros-poros kecil dalam tubuh ASEAN yang saling bersaing dalam memperebutkan pengaruh dan sumber daya. 

Ketika Amerika Serikat di bawah Trump bersikap agresif secara ekonomi dan politik, negara-negara ASEAN menjadi makin bergantung pada Tiongkok sebagai penyeimbang. Sangat disayangkan, ketergantungan itu pun tidak selalu diiringi kesamaan visi politik. 

Oleh karena itu, sulit bagi ASEAN untuk menyepakati pendekatan bersama dalam isu-isu seperti Laut China Selatan atau respons terhadap pandemi global.

KEPEMIMPINAN PROTEKSIONIS DAN FASIS: SKENARIO ANCAMAN MASA DEPAN

Salah satu skenario yang patut diwaspadai adalah munculnya pemimpin negara ASEAN yang memiliki agenda proteksionis dan nasionalistik layaknya Trump. 

Dalam struktur ASEAN yang berbasis konsensus, satu negara anggota saja yang memutuskan untuk menghambat proses integrasi atau menolak keterlibatan dalam kerangka kerja kolektif bisa memblokir seluruh agenda regional.

Wang Gungwu secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa kelemahan struktur itu terletak pada kurangnya visi jangka panjang dan kepemimpinan kolektif yang kuat. 

ASEAN cannot rely on common ideology, only on shared interests.” 

Ketika shared interests dipertanyakan kekuatan politik domestik yang populis dan proteksionis, organisasi itu kehilangan alasannya untuk eksis secara efektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: