Ujian Berat Kohesi ASEAN di Tengah Gelombang Proteksionisme Trump

ILUSTRASI Ujian Berat Kohesi ASEAN di Tengah Gelombang Proteksionisme Presiden AS Trump.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
ASOSIASI Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) telah lama menjadi representasi dari kerja sama regional berbasis prinsip-prinsip non-intervensi, konsultasi, dan konsensus. Meski berhasil menjaga stabilitas kawasan dan membangun kerangka ekonomi regional, ASEAN tetap dibayangi tantangan-tantangan struktural yang melemahkan efektivitasnya dalam menghadapi tekanan eksternal.
Salah satu bentuk tekanan yang cukup mengguncang adalah kebijakan proteksionis dan tarif tinggi dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump serta tren politik global seperti Brexit yang menunjukkan gejala disintegrasi dalam kerja sama regional.
Kita perlu menganalisis dan belajar dari bagaimana kebijakan proteksionis Donald Trump serta kecenderungan negara-negara ASEAN untuk menarik diri terlibat lebih jauh dalam kerangka ASEAN justru mencerminkan kelemahan fundamental ASEAN sebagai organisasi regional yang tidak memiliki kekuatan supranasional layaknya EU dan UN.
BACA JUGA:Tiongkok Melirik ASEAN, Xi Jinping Lawatan ke Tiga Negara
BACA JUGA:Kunjungan Kejaksaan Tiongkok ke Kejagung RI Perkuat Kerja Sama Tiongkok-ASEAN Prosecutors
IDENTITAS REGIONAL SEBAGAI FONDASI ASEAN, WARISAN HISTORIS YANG RAPUH
Profesor Wang Gungwu, seorang pakar sejarah Asia Tenggara dan sinologi dari National University Singapore, menegaskan bahwa identitas regional Asia Tenggara bukanlah sesuatu yang muncul secara alami, melainkan hasil dari konstruksi sejarah pascakolonial dan interaksi antarbudaya yang kompleks. Dalam pidatonya, ia menyatakan, ”A sense of region was never a given for Southeast Asia.”
Pernyataan itu menjadi kunci untuk memahami bahwa integrasi ASEAN tidak berakar pada kesatuan ideologis, bahasa, ataupun latar belakang sejarah yang seragam seperti halnya Eropa.
ASEAN didirikan di tengah-tengah iklim Perang Dingin sebagai upaya untuk menghindari konflik ideologis dan memperkuat stabilitas domestik masing-masing negara anggota.
BACA JUGA:Misi Penting Tuan Rumah KTT ASEAN
BACA JUGA:Menko Airlangga Temui PM Malaysia Bahas Dampak Tarif Trump: ASEAN Harus Bersatu!
Solidaritas yang dibangun lebih bersifat instrumental daripada substantif, dengan tujuan utama adalah mencegah konflik terbuka antarnegara anggota serta menjaga hubungan baik dengan kekuatan besar dunia.
Dalam struktur seperti itu, prinsip non-intervensi dan konsensus menjadi fondasi utama. Juga, menjadi belenggu ketika dihadapkan pada kebutuhan untuk bertindak cepat dan tegas terhadap ancaman eksternal.
PROTEKSIONISME TRUMP DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOHERENSI ASEAN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: