Benarkah Orang Humoris Memiliki Beban Hidup yang Lebih Berat?

Benarkah Orang Humoris Memiliki Beban Hidup yang Lebih Berat?

Banyak pendapat bahwa orang yang selalu terlihat ceria sebenarnya memikul beban hidup yang lebih berat. --Pinterest

HARIAN DISWAY - Dalam satu lingkaran pertemanan, orang-orang humoris kerap dicap sebagai sosok yang bahagia. Ia tampak ringan menjalani hidup dan dianggap tidak pernah punya masalah. 

Fenomena itu bukan sesuatu yang baru. Banyak tokoh humoris terkenal yang akhirnya mengungkap atau bahkan ditemukan mengalami tekanan mental yang berat.

Robin Williams, misalnya, ia adalah sosok yang dicintai publik karena kecerdasannya dalam melucu. Tapi ternyata ia menyimpan penderitaan mendalam. 

BACA JUGA:Hyper Independent, Ketahuai Latar Belakang Emosional dan Psikologisnya!

Kisah-kisah seperti itu menimbulkan pertanyaan: apakah tawa yang mereka tampakkan itu murni dari kebahagiaan, atau justru alat untuk menyembunyikan luka yang tak terlihat?

Apakah humor hanya alat untuk bertahan dari kenyataan yang menyakitkan?

Di balik canda tawa, sering kali tersimpan cerita yang pelik. Dari sudut pandang psikologi, fenomena itu dikenal sebagai smiling depression atau depresi tersenyum.

BACA JUGA:KPAI Sebut Deddy Corbuzier Lakukan Kekerasan Psikologis saat Komentari Keluhan Anak soal MBG

Itu adalah kondisi ketika seseorang tampak bahagia di luar, tetapi menyimpan kesedihan mendalam di dalam. 

Orang-orang humoris cenderung menggunakan humor sebagai mekanisme pertahanan diri. Alih-alih menunjukkan emosi negatif, mereka memilih untuk menyamarkannya lewat candaan, sarkasme, atau cerita lucu yang membuat orang lain tertawa.


Orang humoris memang terbiasa menggunakan tawa untuk meredakan kecemasan dan stres pribadi. --Pinterest

Menurut psikolog Sigmund Freud, humor adalah salah satu mekanisme pertahanan ego. Dalam banyak kasus, orang humoris memang terbiasa menggunakan tawa untuk meredakan kecemasan dan stres pribadi. 

BACA JUGA:Alasan Psikologis Mengapa Wanita Lebih Ekspresif dalam Berkomunikasi

Mereka bisa mengubah pengalaman pahit menjadi lelucon. Bukan karena mereka tak merasakannya, tetapi karena itulah cara mereka bertahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: