7 Tradisi Unik Kota Surabaya, Sebagian Mulai Pudar

7 Tradisi Unik Kota Surabaya, Sebagian Mulai Pudar

Tradisi sedekah bumi dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur kepada masyarakat atas hasil panen yang melimpah dan meminta rezeki yang lebih baik di masa depan.-Pinterest-Pinterest

Di berbagai wilayah di Surabaya, salah satunya di Kecamatan Sambikerep, ada tradisi sedekah bumi yang dilakukan secara rutin.

Tradisi itu digelar untuk menunjukkan rasa syukur kepada masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Pun, sedekah bumi diselenggarakan dengan harapan akan datang rezeki yang lebih baik di masa depan.

BACA JUGA: Budaya Asal Terima: Pembangunan Top-Down yang Melemahkan Kesadaran Kritis

Masyarakat Sambikerep menunjukkan rasa terima kasih dengan membuat tumpeng raksasa yang berisi berbagai hasil bumi. Seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

Tumpeng itu kemudian dibagikan kepada semua orang yang hadir dan menjadi simbol kelimpahan. Dalam momen itu, warga dapat bersatu dan mempererat rasa persaudaraan satu sama lain.

3. Larung ari-ari

Larung ari-ari adalah tradisi unik yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Penghanyutan plasenta atau ari-ari bayi ke laut adalah bagian dari upacara itu.

BACA JUGA: Lebaran dan Budaya Silaturahmi: Mengapa Momen Ini Begitu Spesial?

Larung ari-ari biasanya dilakukan oleh masyarakat pesisir Surabaya. Sebagai ungkapan doa untuk masa depan yang baik.

Melarung ari-ari ke laut bermakna simbolis. Yakni dengan harapan rezeki yang diterima bayi dan orang tuanya terus mengalir. Tak berhenti seperti arus air laut. Prosesi menghanyutkan ari-ari diiringi dengan tembang macapat Dhandhanggula.

Ari-ari dilarung bersamaan dengan kendil, kain putih, jarum, dan bunga tujuh rupa. Tradisi larung ari-ari menunjukkan harapan dan keyakinan orang-orang dalam menyambut kehidupan baru.

BACA JUGA:Megengan, Tradisi Unik Sambut Ramadan, Jejak Ajaran Wali Songo

4. Pitonan

Selain larung ari-ari, ada tradisi lain di Surabaya untuk menyambut kelahiran bayi: Pitonan. Tradisi itu dilakukan ketika bayi berusia tujuh bulan. Sebagai cara untuk menunjukkan rasa syukur atas keselamatan dan kesejahteraan sang anak.

Pitonan, yang berasal dari kata Jawa “pitu”, yang berarti tujuh, adalah perayaan keluarga yang dilakukan untuk mendoakan kelancaran rezeki, keselamatan, dan masa depan yang cerah bagi anak mereka.

Dalam tradisi itu, berbagai doa dan harapan dipanjatkan untuk membuat anak bahagia dan sehat di masa mendatang.

BACA JUGA:Mengenal Upacara Melasti, Tradisi Menjelang Nyepi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: