Buddha Maitreya, Menapaki Jalan Pencerahan dengan Semangat Welas Asih

Maha Pandita Jemmy Cendrawan, pemimpin ibadah umat Buddha Maitreya.-Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
Meski tampak berbeda dengan aliran Buddhisme yang lain, esensi ajarannya tetap sejalan. Yakni menekankan untuk meniti jalan menuju pencerahan.
Pada momentum Waisak, yang memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha Gautama, umat Buddha Maitreya juga turut merayakan. Bukan hanya mengenang masa lalu. Tetapi juga menatap masa depan.
"Waisak bukan sekadar upacara. Melainkan momen untuk memurnikan niat, refleksi diri, dan menyalakan kembali semangat welas asih," ungkapnya.
Altar Kwan Im di Mahavihara & Pusdiklat Buddha Maitreya Surabaya.-Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Sejarah Sarung, dari Hindu-Buddha Hingga Menjadi Identitas Santri Nusantara
Di tengah dunia yang makin gaduh, lantunan doa di vihara itu terasa hening. Pun, memancarkan vibrasi positif yang kuat. Di antara aroma dupa dan lantunan pujian, ajaran Buddha Maitreya hidup dalam keseharian para umat.
Buddha Maitreya senantiasa mengajarkan bahwa cinta kasih dan pertobatan bukan hanya milik masa depan. Tapi tugas yang perlu ditunaikan setiap hari.
Waisak pun sekaligus menjadi seremoni dan momentum bagi para umat. Melalui Waisak, mereka akan pulang ke dalam diri masing-masing.
BACA JUGA:Buddhayana Cultural Expo di Pakuwon Mall Surabaya Pamerkan Benda Suci dari Tiga Tradisi Besar
Menyalakan pelita cinta kasih dalam kalbu. Pelita yang menuntun mereka dalam menapaki jalan welas asih. Jalan pencerahan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway