Triumvirat Kecil

ILUSTRASI Triumvirat Kecil di Kota Surabaya. Mereka adalah Eri Cahyadi, Armuji, dan Dominikus Adi Sutarwijono.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Eri-Armuji tetap ber-Sinerji, seperti tagline kampanye mereka. Tapi, hubungan kedua orang itu ”hangat-hangat tahi ayam”. Armuji tahu bahwa posisi wakil wali kota hanya ban serep.
Sebagai politikus gaek, Armuji cerdik. Ia pun mencari peran di panggung lain supaya tidak berbenturan dengan Eri Cahyadi. Armuji pun menjadi wakil wali kota medsos. Tiap hari ia ”ngonten”. Tidak ada hari tanpa ”ngonten”.
Kalau Dedi Mulyadi dijuluki sebagai ”Gubernur Konten”, Armuji layak dijuluki ”Wawali Konten”. Meski tidak banyak peran di birokrasi, yang penting eksis di medsos.
Armuji berusaha supaya tetap floating, ’mengambang tidak tenggelam’, dan tetap diingat di ”top of mind” publik Surabaya. Syukur-syukur bisa dapat popularitas dan elektabilitas yang cukup untuk modal maju di Pilwali 2029.
Di panggung yang lain, Eri Cahyadi sedang memainkan plot wist. Ia makin pintar memainkan dramaturgi. Di front stage, ’panggung depan’, Eri bermain sebagai anak manis, tidak doyan kekuasaan.
Dalam banyak kesempatan, ia bersumpah ”demi Allah” tidak berambisi menjadi wali kota. Tapi, di back stage, ’panggung belakang’, beda cerita. Eri ”tanduk” satu periode lagi.
Pilwali 2029 mash jauh. Namun, bau anyir sudah tercium. Pemecatan Awi menjadi indikasi munculnya saling sikut di antara para triumvirat kecil. Awi dikenal dekat dengan Eri. Armuji merasa menjadi outcast yang terasingkan.
Dengan terpentalnya Awi, ada kesempatan bagi Armuji untuk menempatkan orangnya sebagai ketua PDIP Surabaya.
Sebagai wali kota dua periode, Eri akan memainkan peran penting untuk meng-endorse calon di Pilwali 2029. Apakah Eri akan meng-endorse Armuji? Kelihatannya jauh panggang dari api.
Malah, ada tanda-tanda Eri mempersiapkan ordal (orang dalam) untuk menjadi penerusnya. Nama yang sedang digadang-gadang ialah Rini Indriyani, istri Eri Cahyadi.
Eri sudah pintar berpolitik. Ia belajar dari para kepala daerah yang mempersiapkan istrinya sebagai pengganti. Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Mustofa Kemal Pasha di Kabupaten Mojokerto, dan Eddy Rumpoko di Batu adalah contoh-contoh kepala daerah yang berhasil menjadikan istrinya sebagai penerus.
Eri aktif mempromosikan sang istri. Beberapa program Pemkot Surabaya memakai inisial R1N1 yang mengacu pada nama istrinya. Sebuah rumah sakit di wilayah Surabaya Timur diberi nama ”Eka Candrarini”.
Eri boleh saja menjiplak para kepala daerah yang menyiapkan istri sebagai penerus. Namun, Eri harus ingat bahwa dua di antara tiga kepala daerah itu masuk penjara. Satu di antaranya meninggal di penjara. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: