Alasan Orang Lebih Memilih Makanan Cepat Saji Daripada Memasak Sendiri

Alasan Orang Lebih Memilih Makanan Cepat Saji Daripada Memasak Sendiri

Memesan makanan cepat saji kini lebih diminati karen praktis, menghemat tenaga dan waktu bagi orang dengan kesibukan tinggi. -American Express -Pinterest

Kegiatan itu menciptakan sensasi kenyamanan yang memberikan rasa puas. Meskipun dampaknya terhadap kesehatan kerap diabaikan.

BACA JUGA:Hindari 5 Makanan Ini yang Bisa Memicu Sakit Jantung


Konten review makanan dari food vlogger turut memengaruhi sikap konsumtif masyarakat terhadap makanan cepat saji. -Forbes-Pinterest

Selain itu, perkembangan budaya melalui media sosial juga memperkuat kecenderungan tersebut. Banyak orang terpengaruh oleh tren kuliner viral.

Itu mendorong mereka untuk mencoba berbagai menu baru yang ditawarkan. Situasi tersebut diperparah dengan maraknya konten review makanan yang menggiring netizen untuk kuliner di luar rumah.

Walaupun memasak di rumah menawarkan manfaat kesehatan lebih baik, banyak orang merasa kegiatan tersebut melelahkan dan membosankan.

BACA JUGA:Jangan Terlena! 5 Penyakit yang Mengintai Jika Terlalu Banyak Konsumsi Mi Instan

Persiapan yang panjang, proses memasak yang membutuhkan keahlian, hingga kegiatan mencuci peralatan dapur. Tentu membuat sebagian besar orang enggan melakukannya secara rutin. 

Ketergantungan pada makanan cepat saji yang umumnya tinggi lemak, garam, dan gula dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Seperti obesitas, diabetes, serta gangguan jantung.

Meski kesadaran itu mulai tumbuh, masih banyak yang sulit mengubah pola konsumsi mereka. Karena sudah terjebak dalam kenyamanan instan.

BACA JUGA:Tingkatkan Asupan Protein Anda, Inilah 10 Makanan Terbaik yang Harus Dicoba

Meskipun demikian, beberapa kalangan mulai mencari jalan tengah. Mereka memanfaatkan layanan katering sehat atau memasak menu sederhana yang tidak memerlukan waktu lama.

Pilihan itu menjadi upaya agar tetap bisa menikmati makanan lezat tanpa mengorbankan kesehatan dan kantong.

Langkah kecil itu menunjukkan bahwa perubahan kebiasaan masih mungkin dilakukan. Yakni jika masyarakat lebih peduli dengan pola hidup mereka.

BACA JUGA:Peringkat 2 Dunia, Indonesia Konsumsi13,27 Miliar Mie Instan, Siapa Nomor Satunya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: