Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Beyond the Runway; Cerita dari San Francisco

Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Beyond the Runway; Cerita dari San Francisco

Di Academy of Art University, Marisa Tania bertemu banyak orang yang semuanya seolah membawa cerita visual yang bisa dibaca diam-diam. --Marisa Tania

Yang selalu membuatku penasaran bukan hanya bajunya—tapi orang-orang di baliknya. Semakin lama belajar tentang fashion, semakin aku tertarik pada kisah manusia. Salah satunya adalah Stephanie Thomas, stylist dan advokat disabilitas yang tidak memiliki jari-jari di tangan kanan dan sebagian kaki.

BACA JUGA: Dilema Pemain Diaspora, Sudah Bisakah Indonesia Mencetak Atlet Level Dunia?

Dalam satu wawancara via telepon, dia bertanya, “Pernahkah kamu berpikir bahwa menekan kancing saja bisa menjadi tantangan?” Dia menjelaskan bagaimana solusi seperti kancing magnet bisa membuat perbedaan besar bagi banyak orang. Obrolan kami membuka mataku: Fashion bisa tetap inklusif dan penuh pilihan—bukan batasan. Tanpa sadar, caraku memandang dunia fashion ikut berubah.

San Francisco adalah kota di mana kamu bebas menjadi siapa pun yang kamu mau. Kalau kamu suka berdandan—bagus. Tapi kalau tidak, bukan masalah—di sini, kamu bisa sukses walau bergaya apa adanya. Banyak fashionista mungkin akan mengernyit melihat pilihan gaya warga San Francisco, tapi satu hal yang pasti: kota ini lebih tertarik berinvestasi pada kenangan daripada tas tangan. Dan itu hal yang patut dirayakan.

Di kota ini, aku belajar bahwa fashion bukan hanya soal penampilan—tapi soal siapa yang kita beri ruang untuk bersuara.  Dari jalanan San Francisco, ruang kelas, hingga balik panggung catwalk, aku mulai mengerti: Menulis tentang fashion berarti menulis tentang manusia. Dan mungkin, dari situlah jalanku dimulai. 

(Bersambung,..)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: