Anak Bunuh Ibu-Anak: Cemburu Antarsaudara

Anak  Bunuh Ibu-Anak: Cemburu Antarsaudara

ILUSTRASI Anak Bunuh Ibu-Anak: Cemburu Antarsaudara-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Jeanine Vivona, guru besar psikologi di College of New Jersey, AS, yang telah mempelajari persaingan antarsaudara, mengatakan:

”Persaingan antarsaudara kandung hanyalah fakta kehidupan. Dan, kita, sebagai orang yang memiliki saudara kandung dan orang yang memiliki anak, dapat mencoba untuk mengatasinya sebaik-baiknya.”

Penelitian observasional menunjukkan bahwa konflik antarsaudara kandung dapat terjadi hingga delapan kali dalam sejam. 

Penelitian lain menemukan bahwa pasangan saudara perempuan cenderung paling dekat dan pasangan saudara kandung yang memiliki saudara laki-laki memiliki konflik paling banyak.

Mark Ethan Feinberg, guru besar riset kesehatan dan perkembangan manusia di Pennsylvania State University, AS, mengatakan, ”Konflik memang berkurang hingga remaja. Konflik tersebut agak mereda pada era tersebut.”

Dilanjut: ”Masa kanak-kanak awal dan pertengahan merupakan masa-masa yang sangat sulit untuk agresi antarsaudara kandung.” 

Tema-tema yang sedang dieksplorasi para peneliti saat ini tentang itu adalah perbuatan keji, konflik atas kasih sayang dan sumber daya orang tua, serta triangulasi anak-anak dalam konflik dengan orang tua.

Dari ulasan The Times itu tampak bahwa kecemburuan antarsaudara kandung adalah masalah universal. Manusiawi. Terjadi pada siapa pun di mana pun. Bahkan, sampai perbuatan keji, konflik anak dengan ortu.  

Di kasus Yanti ada pembunuhan ganda di tempat sama dalam waktu yang berurutan. Pembunuhan pertama, diduga Yanti, dibantu ayahnyi, Cahya, 60, membunuh Lilis, ibunda Yanti yang juga istri Cahya. Pembunuhan kedua, terhadap bayi perempuan usia 3 tahun, anak kandung Yanti. 

Berdasar pengakuan para tersangka, motif pembunuhan bayi itu adalah si bayi yang semula tidur di sebelah Lilis jadi terjaga setelah pembunuhan terjadi. Bayi terjaga dan berteriak histeris. Akibatnya, Yanti panik, takut ketahuan tetangga. Lalu, ia mencekik mati bayinyi sendiri.

Pertanyaannya, adakah cinta di hati Yanti terhadap ibunda? Cinta sehingga cemburu? Sedangkan, dia terhadap anak kandungnyi sendiri tega membunuh.

Perkara hukumnya kini masih diproses polisi. Namun, profil individu para tersangka sudah tampak jelas dari kronologi kejadian dan pengungkapan motif tersebut di atas. Psikologis para tersangka tidak seperti orang kebanyakan. Mereka tidak normal. Anomali. 

Namun, pengungkapan kronologi dan motif itu bisa dipetik sebagai pelajaran bagi masyarakat. Dalam hal kecemburuan antarsaudara kandung. Jika cemburu ekstrem, bisa terjadi seperti Yanti. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: