Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Ancaman Malignansi dan Inovasi Penanganannya

ILUSTRASI Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Ancaman Malignansi dan Inovasi Penanganannya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
UPACARA pengukuhan guru besar Universitas Airlangga Kamis, 22 Mei 2025, menjadi milik dan perayaan bagi fakultas kedokteran. Enam guru besar baru yang dikukuhkan, semua berasal dari fakultas kedokteran yang dulu bernama NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) –fakultas tertua di Universitas Airlangga yang berdiri sejak 1913.
Enam guru besar yang dikukuhkan adalah Yetti Hernaningsih, Linda Dewanti, Imam Susilo, Asra Al Fauzi, Imam Subadi, dan Juniastuti. Jumlah guru besar fakultas kedokteran saat ini sebanyak 24 orang.
Dengan penambahan enam guru besar baru, total jumlah guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menjadi 30 orang. Itu berarti, perwakilan guru besar fakultas kedokteran di Senat Akademik Universitas akan tambah satu orang lagi, menjadi dua orang.
Upacara pengukuhan guru besar Universitas Airlangga, seperti biasa, dipimpin Rektor Universitas Airlangga Prof Dr Muhammad Nasih, yang didampingi Ketua Senat Akademik Universitas Airlangga Prof Nur Salam, para wakil rektor, para dekan dan sejumlah tamu undangan penting lainnya.
Upacara pengukuhan digelar di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen Lantai V, Kampus C Universitas Airlangga. Sekitar 350 tamu undangan memenuhi aula, mendengarkan dengan saksama pidato pengukuhan enam guru besar baru yang membahas isu-isu krusial di bidang kedokteran.
Tema yang diangkat para guru besar baru fakultas kedokteran, mulai isu tentang stem cell dan biomaterial dalam regenerative neurosurgery, perubahan karakteristik penyakit di masyarakat, terapi bekam modern, pelayanan kesehatan primer, hingga penanganan penyakit malignansi atau kanker.
Ada dua guru besar yang mengangkat tema tentang kanker. Pertama adalah Imam Susilo yang menyampaikan pidato berjudul Peran dan Tantangan Onkologi Molekuler serta Dukungan Teknologi Cerdas untuk Diagnosis Cepat Tepat pada Penanganan Penyakit Malignansi.
Kedua, Yetti Hernaningsih yang mengangkat pidato berjudul Diagnosis Keganasan Hematologi Berbasis Molekuler: Harapan dan Tantangan di Era Precision Medicine.
ANCAMAN KANKER
Di Indonesia, malignansi atau kanker adalah salah satu penyakit yang menghantui banyak orang. Kanker merupakan penyakit yang ditakuti karena keganasan dan dampaknya yang sering kali merenggut nyawa para penderitanya.
Penyakit malignansi disebut-sebut menjadi salah satu tantangan dunia kesehatan yang signifikan di Indonesia. Berdasar data Global Cancer Statistic (2022), di Indonesia tercatat ada lebih dari 408.661 kasus baru penyakit malignansi dengan angka kematian mencapai 242.998 jiwa (Bray et al, 2024).
Di Indonesia jenis penyakit malignansi yang paling umum ditemukan pada pria adalah kanker paru-paru. Sedangkan pada wanita, kanker payudara dan leher rahim adalah yang paling banyak didiagnosis.
Yetti Hernaningsih, guru besar dalam bidang ilmu hematologi molekular dan hemostatis dalam pidato pengukuhannya memaparkan bahwa salah satu jenis penyakit kanker adalah leukemia.
Hematologi malignansi adalah kanker yang berasal dari sumsum tulang atau sistem limfatik, diklasifikasikan dalam neoplasma myeloid dan limfoid, termasuk leukemia akut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: