Tidak Mau Nikah Muda Bukan Berarti Trauma: Menantang Narasi Hidup Ideal ala Orang Tua

Tekanan sosial untuk menikah cepat masih terasa kuat, terutama di lingkungan yang memegang teguh nilai-nilai tradisional. --iStockphoto
HARIAN DISWAY - Ada banyak hal yang berubah dalam pandangan generasi muda hari ini, termasuk soal pernikahan. Jika dulu menikah muda dianggap sebagai simbol kedewasaan dan keberhasilan hidup, kini semakin banyak anak muda memilih menunda atau bahkan tidak menikah.
Bukan karena mereka takut, trauma, atau tidak laku, tetapi karena mereka mulai menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu hadir dalam bentuk status pernikahan. Tekanan sosial untuk menikah cepat masih terasa kuat, terutama di lingkungan yang memegang teguh nilai-nilai tradisional.
Di meja makan keluarga, pertanyaan seperti “kapan nyusul?” atau “nunggu apa lagi?” sering kali terdengar lebih keras dibanding pertanyaan tentang mimpi atau pencapaian pribadi. Norma ini seakan menciptakan jalan hidup ideal yang harus diikuti, tanpa memberi ruang bagi pilihan yang berbeda.
BACA JUGA: Viral Pernikahan Siswa SMP-SMK, KPA Minta yang Menikahkan Disanksi Tegas
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, usia rata-rata menikah pertama kali di Indonesia kini mengalami peningkatan.
Rata-rata perempuan menikah pada usia 22,5 tahun dan laki-laki pada usia 26 tahun. Ini menunjukkan bahwa secara umum, generasi muda tidak lagi terburu-buru untuk masuk ke dalam institusi pernikahan. Salah satu alasannya berkaitan dengan kesiapan emosional dan finansial.
Dalam laporan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), disebutkan bahwa pernikahan di usia terlalu muda berisiko lebih tinggi mengalami konflik rumah tangga dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
BACA JUGA: Mengapa Banyak Anak Muda Masa Kini Menunda Menikah?
Hal ini kerap disebabkan oleh ketidaksiapan mental dan ekonomi yang memadai. Banyak anak muda kini menyadari bahwa membangun rumah tangga bukan sekadar menyatukan dua orang, tetapi tentang komitmen, tanggung jawab, dan kerja sama jangka panjang.
Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., menjelaskan bahwa tekanan untuk menikah muda bisa menjadi beban psikologis yang berdampak negatif.
Tekanan sosial yang terus-menerus, apalagi jika disertai perbandingan dengan orang lain, bisa menurunkan rasa percaya diri dan menciptakan kecemasan pada individu yang belum menikah.
Ada banyak hal yang berubah dalam pandangan generasi muda hari ini, termasuk soal pernikahan. -All Things Wedding Utah-Pinterest
BACA JUGA: Mengapa Perempuan Cenderung Menghilang Perlahan setelah Menikah?
Hal ini menunjukkan bahwa tekanan untuk menikah tidak hanya datang dari luar, tapi juga bisa mengganggu kesehatan mental individu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: